One Direction VS PSSI
- REUTERS/Carlo Allegri
VIVA.co.id - Beberapa bulan yang lalu sebuah boyband, One Direction, yang saat ini sedang booming dan mempunyai basis fans terbesar di seluruh dunia mengumumkan akan menggelar konsernya di Indonesia. Bagi para penggemarnya di Indonesia, ini sebuah berita yang sangat menggembirakan.
Para fans seakan mendapat anugerah bisa melihat penampilan secara langsung dari Zayn Malik dan kawan-kawan. Boyband tersebut akan menggelar konsernya di Jakarta pada 25 Maret 2015, dan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menjadi tempatnya.
Namun, beberapa hari yang lalu, di beberapa media dan juga media sosial muncul kabar menghebohkan, kira-kira garis besar judul beritanya seperti ini "Konser One Direction Terancam Gagalkan Pra Piala Asia U-23." Pra piala Asia U-23 ini jadwalnya akan dimulai tanggal 27-31 Maret 2015.
Sebagai salah satu masyarakat Indonesia yang juga penggemar sepakbola, saya sedikit emosi begitu membaca judulnya. Namun ketika saya membaca dan mencoba mencari-cari informasi, emosi saya lebih memuncak, tapi bukan kepada One Direction ataupun pada promotornya, melainkan kepada PSSI dan Pengelola SUGBK. Karena menurut saya ada dua masalah yang memprovokasi masyarakat Indonesia begitu mengetahui hal ini.
Masalah pertama, PSSI terlihat konyol pada kasus ini. Dalam hal konser One Direction vs Pra Piala Asia U-23, jadwal konser pasti sudah jauh berbulan-bulan ditetapkan. Tentunya pihak promotor juga sudah melakukan deal dengan pengelola SUGBK. Lalu betapa lucunya PSSI, beberapa hari lalu mengeluarkan pernyataan yang seolah-olah menjadikan sepakbola sebagai korban, dari diadakannya konser One Direction.
Di situ saya melihat kekonyolan manajerial PSSI. Sebelum menetapkan jadwal tanding timnas, apakah PSSI tidak mempelajari semuanya (termasuk Venue pertandingan)?
Masalah kedua, banyaknya protes jika SUGBK dijadikan venue acara selain sepakbola (dalam hal ini konser musik). Konser musik dikhawatirkan akan merusak rumput dan fasilitas stadion. Tidak seharusnya protes seperti ini muncul jika pihak pengelola bisa selalu memastikan kondisi rumput dan fasilitas di SUGBK tetap baik ketika digunakan sebagai tempat bertanding Timnas Sepakbola kita.
Perlu diingat, SUGBK selain sebagai stadion sepakbola, juga merupakan lahan bisnis. Jadi seharusnya tugas pengelola SUGBK untuk menjamin kedua hal tersebut bisa berjalan beriringan. Sekedar informasi, banyak stadion-stadion besar di Eropa yang juga dijadikan venue konser musik, seperti Wembley (Inggris), Vicente Calderon (markas Atletico Madrid/Spanyol), Parken Stadion (FC Kopenhagen/Denmark), dan masih banyak lainnya.
Jadi saya rasa untuk kasus One Direction vs Pra Piala Asia U-23 ini, PSSI hanya sengaja membuat pemberitaan yang seakan-akan menjadikan sepakbola sebagai korban dari sebuah konser musik, yang menurut saya ini semua adala bentuk ketidakseriusan manajerial PSSI.
Ditambah lagi PSSI di tahun ini sudah kedodoran, dimulai dari kurang tertib administrasi klub-klub ISL sampai berujung molornya ISL. Hal tersebut seakan menempatkan PSSI dalam kondisi terpuruk. Jadi menurut saya pemberitaan Konser One Direction mengancam penyelenggaraan Pra Piala Asia U-23 itu hanyalah upaya PSSI mencari simpati publik. Salam Satu Jiwa.
(M. Baihaqi Nabilunnuha)