Dilema Pasar Segiri Samarinda
- Fauzi Amin
Pasar tradisional segiri yang terletak di jantung Kota samarinda merupakan salah satu pasar terbesar yang berpengaruh bagi denyut perekonomian kota ini. Namun sayangnya, di tengah perkembangan pesat kota, mal dimana-mana menjamur, bangunan besar menyombong, pasar induk ini nasibnya dari dulu hingga sekarang hanya bersolek bagian depannya saja.
Apa saja yang ada di dalamnya ? Melangkah masuk di Segiri, aroma pasar tradisional tercium kuat, amis ikan dan sortiran sayur yang menjadi limbah melengkapi salah satu pasar induk di Samarinda ini.
Ibu-ibu bertopi rotan asik mengupas bawang, pedagang ayam berjejer menawarkan ayam segar, teriakan-teriakan jasa gerobak pembawa ayam meriahkan suasana.
Sabtu 23 Oktober 2010, kami berkesempatan berkunjung di Pasar Segiri ini dengan para fotografer dari Samarinda Photographer (SPOT) Community.
Sepanjang jalan yang begitu sesak dan padatnya terlihat banyak pedagang menempati petak-petak pasar yang seadanya, bahkan banyak di antaranya yang tidak memiliki tempat berjualan sehingga terpaksa duduk di pinggir jalan di antara himpitan parkir-parkir sepeda motor yang semestinya parkir ini tidak berada di dalam pasar.
Terlihat di sana-sini masih banyak sampah yang berserakan, jalanan yang sempit dan kotor. Menengok lebih dalam lagi, di blok kawasan jual beli ikan juga nyaris sama dengan yang diluar sana, selain jalan lintasan yang sempit, becek, kurangnya lampu penerang sehingga tampak redup.
Salah seorang pedagang yang ditemui mengatakan mereka membutuhkan perhatian pemerintah Samarinda untuk membuat Pasar Segiri menjadi nyaman.
“Kami sangat berharap kepada walikota yang baru Syahari Jaang untuk lebih memperhatikan kondisi di Pasar segiri, terutama akses jalanan pasar dan tempat berjualan yang memadai,” ujar Ridwan, penjual ikan.
Parkir merupakan salah satu problem tersendiri, tidak ada lahan parkir khusus untuk pengunjung pasar, sehingga tak heran ada parkir di dalam area pasar terpencar di berbagai sudut pasar, sehingga kemacetan pun tak terhindarkan.
Apakah ini luput dari perhatian pemerintah atau kurangnya kesadaran para pedagang untuk menjaga lingkungannya. Opini bahwa pasar tradisional jorok tentu tidak akan lepas jika tidak ada kepedulian untuk menjaga dan menata lingkungan pasar.(adi)