Polisi Muda Ini Bantu Pemulung yang Bawa Bayi 3 Bulan di Gerobak, Langsung Banjir Pujian Warganet!
- Istimewa
Serang, VIVA – Bripda Alief Sri Maulana Aziz menjadi sorotan publik berkat aksi kemanusiaannya membantu Tina, seorang pemulung yang membawa bayi berusia tiga bulan di gerobaknya saat mencari nafkah.
Aksi mulia Bripda Alief mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk warganet yang ramai mengomentari berbagai postingan Instagram @aliefsrimaulana.
Bripda Alief kemudian menceritakan pertemuannya dengan Tina dan bayinya dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi.
“Ketika sore hari sekitar jam enam, saya sedang piket. Saat pulang dinas, saya bertemu dengan Bu Tina dan melihat kondisi anaknya. Hati saya tersentuh dan ingin menolongnya,” ujar Bripda Alief, Kamis (27/2/2025).
Motivasi dari atasannya menjadi latar belakang niat baiknya. Merasa iba, Bripda Alief langsung memberikan bantuan. Tak disangka, kisah Tina menyentuh hati warganet yang berbondong-bondong ingin ikut membantu.
“Ada perkataan dari komandan saya, ‘Polisi yang baik adalah polisi yang bermanfaat.’ Saya bantu, mungkin tidak seberapa. Tapi kemudian netizen meminta saya membuka donasi. Alhamdulillah, baru tiga hari sudah terkumpul lebih dari Rp 10 juta,” kata Bripda Alief.
Lebih lanjutm Bripda Alief menjelaskan bahwa dana donasi tersebut akan dijadikan modal usaha agar Tina bisa berhenti memulung dan hidup lebih layak.
"Bahkan, sampai saat ini banyak uang yang masuk. Biar tidak memulung lagi dan hidup layak," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Tina mengungkapkan alasan membawa bayinya saat bekerja. Setiap hari, ia mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual ke pengepul, pekerjaan yang telah ia jalani selama tujuh tahun bersama sang suami, yang juga berprofesi sebagai pemulung.
"Di rumah gak ada yang jaga, karena kakaknya sekolah, dan dia menyusu ASI," ujar Tina.
Sebagai perantau dari Lampung yang kini tinggal di Serang, Banten, Tina tidak memiliki keluarga yang bisa membantu mengasuh anaknya. Ia mengaku terpaksa menjadi pemulung karena tidak memiliki modal untuk berdagang.
"Jalan satu-satunya yang tanpa modal kita ngambil barang bekas," ungkapnya.
Dalam tiga hari, Tina dan suaminya hanya mengumpulkan sekitar Rp 150 ribu, tergantung pada jumlah barang yang berhasil dikumpulkan. Mereka berangkat dari pagi hingga petang, meski harus menghadapi panas dan polusi yang berisiko bagi bayinya.
"Sebenarnya sedih ya pak, cuma keadaan kita tidak mendukung, ya apa boleh buat," katanya.