Militer AS Asal Indonesia Ungkap Pengalaman Mengerikan di Perang Irak
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Militer Amerika Serikat (AS), Letnan Kolonel (Letkol) Bill Kadarusman membagikan kisahnya saat ditugaskan ke daerah konflik di Irak Selatan pada 2007 silam.
Diaspora Indonesia yang lahir di Malang, Jawa Timur ini mengaku awalnya sempat ragu untuk berangkat ke Irak, sebab saat itu konflik di negara tersebut sedang di puncak.
“Waktu itu saya ada perasaan takut juga, karena kan 2007 perang irak sangat luar biasa. Apalagi waktu saya dipanggil saya baru punya anak kedua, baru 6 bulan,” ujar Bill melalui YouTube VOA, dilihat Sabtu 30 November 2024.
Setelah melalui pertimbangan, Bill akhirnya menerima tugas tersebut. Di Irak, Bill ditugaskan menjaga pusat tahanan dengan ribuan narapidana.
“Mungkin bayangan orang menjaga di sel, bukan! Ini di padang pasir. Kami membangun beberapa tenda dan tower, yang di dalamnya ada lebih dari 2000 orang (tahanan)” ungkapnya.
Bill mengungkap tantangan terberatnya saat itu yakni menjaga kondusifitas, hal ini lantaran para tahanan kerap membuat keonaran, mulai dari melempar batu hingga bom molotov ke arah penjaga.
Bahkan, Bill menyebut para tahanan sempat melakukan upaya pelarian lewat trowongan yang digali di bawah kamp. Namun, upaya itu berhasil digagalkan.
“Ada satu teman saya melihat, ada orang yang keluar dari lubang jam 4 pagi. Terus kita tangkap, lubangnya kita tutup. Setelah kita lihat lubangnya, luar biasa,” kata dia.
Selain itu, Bill juga menyebut, tempatnya betugas kerap menjadi sasaran roket. Bahkan, kata dia, dalam satu minggu serangan roket terjadi dua sampai tiga kali.
“Yang saya ingat itu jam 2 pagi kadang-kadang ada rocket attack, tiba-tiba ada suara bummm,” ungkapnya.
“Biasanya kalau ada serangan, kita harus keluar untuk menjaga military base itu, kita mencari dari mana asalnya, dan menangkap siapa yang melaukan serangan,” sambungnya.
Singkatnya, setelah menyelesaikan tugasnya di Irak, Bill mengalami stres seperti sulit tidur dan reaksi berlebihan terhadap suara keras. Meski demikian, ia mampu melewati masa-masa sulit itu dengan dukungan keluarga.
“Kalau ada suara sedikit saya langsung bangun, mungkin ada suara sirine. Itu berlangsung sekitar tiga bulan,” imbuhnya.
Meski telah menjadi perwira militer AS, Pak Kadarusman tetap bangga akan identitas Indonesianya. Dalam berbagai kesempatan, ia selalu menyebut Indonesia sebagai asalnya.
"Rasa bangga saya dengan Indonesia tidak pernah luntur. Saya stetap mengakui saya dari Indonesia," pungkasnya.