Pakar: Banyak 'Independent Woman' dan Berkurangnya Pria Mapan Buat Angka Pernikahan Menurun

ilustrasi pasangan pria dan wanita
Sumber :
  • Pixabay/ Pexels

VIVA – Pernikahan sering dianggap sebagai babak baru dalam kehidupan manusia, di mana memiliki pasangan diyakini dapat menambah warna dalam petualangan hidup.

Sah! Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah, Netizen: Pelakor Versi Syariah

Tradisi pernikahan telah menjadi bagian penting dari budaya Indonesia selama berabad-abad. Namun, tren saat ini justru menunjukkan perubahan besar dalam pola masyarakat terkait keputusan untuk menikah. Simak penjelasannya lebih lanjut!

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan.

Nissa Sabyan dan Ayus Telah Resmi Menikah

Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 1.577.255 pernikahan di seluruh Indonesia. Angka ini mengalami penurunan sebesar 128.000 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2022, yang menunjukkan bahwa tren penurunan semakin nyata.

Dalam satu dekade terakhir, angka pernikahan di Indonesia menurun drastis hingga 28,63 persen. Penurunan ini memberikan gambaran bahwa semakin banyak individu atau pasangan yang memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan.

Revand Narya Ungkap Penyesalan Setelah Cerai dari Faby Marcelia

Fenomena ini juga menarik perhatian para ahli sosiologi, yang berusaha memahami penyebab di balik penurunan tersebut. 

Ilustrasi karyawan perempuan.

Photo :
  • Pixabay/rawpixel

Menurut informasi dari laman resmi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Bagong Suyanto, Guru Besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, menjelaskan bahwa penurunan angka pernikahan disebabkan oleh semakin luasnya kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan diri dan potensi mereka. Sehingga mereka menjadi lebih mandiri atau lebih akrab disebut ‘Independent Woman

“Angka itu turun karena kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Di samping itu ketergantungan perempuan juga menurun,” katanya.

Selain banyak perempuan yang semakin independent, faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan angka pernikahan adalah terbatasnya jumlah laki-laki dengan kondisi ekonomi yang mapan.

“Keberadaan laki-laki mapan juga makin berkurang karena sekarang mencari pekerjaan semakin sulit,” ujarnya.

Prof Bagong menyatakan bahwa penurunan angka pernikahan adalah fenomena yang wajar dalam masyarakat. Meski jika berlangsung dalam waktu lama, hal ini mungkin akan memengaruhi angka kelahiran, namun ia menekankan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir, karena perubahan ini merupakan bagian dari dinamika sosial yang terjadi secara alami.

“Menurunnya angka pernikahan itu wajar. Tidak ada yang harus diperbaiki. Tapi yang penting memastikan hal ini berdampak positif untuk memberdayakan perempuan dan masyarakat,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya