Misteri Wajah Asli Patih Gajah Mada, Mirip Mohammad Yamin?

Patung Gajah Mada.
Sumber :
  • Dok. VIVA.co.id

Jakarta, VIVA – Gajah Mada (1280- 1364) adalah seorang panglima perang berpengaruh di era Kerajaan Majapahit. Berdasarkan kitab dan prasasti dari masa Jawa Kuno, puncak kariernya terjadi setelah berhasil menangani pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara.

TAP MPRS 33/1967 Dicabut, Menkumham Sebut "Simbol Pemulihan Martabat Bung Karno"

Sri Jayanagara kemudian menjadikan Gajah Mada sebagai Patih. Ia diangkat sebagai Mahapatih pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi dan berlanjut hingga era pemerintahan Hayam Wuruk, ketika Majapahit mencapai puncak kejayaannya.

Selain itu, Gajah Mada dikenal karena Sumpah Palapa yang tercatat dalam Pararaton, di mana ia berjanji tidak akan beristirahat atau menikmati kesenangan sebelum berhasil menyatukan Nusantara.

Cinta vs Uang, Mana yang Lebih Penting dalam Hubungan? Ini Kata Dewi Sukarno

Setelah peristiwa Bubat pada tahun 1357, ia diasingkan ke Desa Madakaripura di Probolinggo, tempat ia menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal dunia pada tahun 1364.

Megawati Kritik Soeharto sebagai Bapak Pembangunan: Tapi Apa Pembangunannya

Meskipun menjadi salah satu tokoh penting pada zamannya, sedikit sekali catatan sejarah yang mencatat mengenai dirinya. Bahkan, hingga kini, gambaran wajah asli Gajah Mada sendiri masih menjadi perdebatan.

Informasi dihimpun VIVA Selasa, 3 September 2024, Gambaran Gajah Mada yang selama ini beredar di buku-buku sejarah dan sekolah hanya sekedar imajinasi, bukan Gambaran berdasarkan objek aslinya.

Gambar imajinasi itu dibuat oleh Mohammad Yamin, salah satu tokoh pemuda yang berjasa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sekaligus Menteri Penerangan era Presiden Sukarno.

Disebutkan bahwa Mohammad Yamin senang sekali menggali informasi sejarah tentang peninggalan Kerajaan Majapahit melalui sejumlah buku.

Awal mula Yamin mengilustrasikan wajah Patih Gajah Mada yakni saat ia berkunjung ke Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur sekitar tahun 1940. Daerah tersebut merupakan salah satu lokasi sisa Kerajaan Majapahit.

Di sana Yamin menemukan sebuah kendi bergambar kepala manusia gemuk dengan rambut ikal. Berdasarkan temuan itu, Yamin meyakini pria gemuk tersebut adalah sosok Gajah Mada.

Yamin kemudian meminta seorang pelukis di Jakarta, Henk Ngantung untuk membuat ilustrasi wajah Gajah Mada berdasarkan daya imajinasi Yamin sendiri.

Berdasarkan imajinasi Yamin, Henk Ngantung berhasil menyelesaikan Gambaran sosok Gajah Mada sebagai pria gemuk, berwajah tegas serta alis tebal.

Setelah gambar itu terbit pada 1945, sejumlah pihak, termasuk ahli sejarah langsung mengkritisinya. Banyak yang menyebut Yamin sebenarnya mengilustrasikan wajahnya sendiri ke dalam Gambaran wajah Gajah Mada.

Meski menimbulkan pro dan kontra, Gambaran Gajah Mada hasil imajinasi Mohammad Yamin sudah banyak dikenal masyarakat sampai saat ini.

Gambarnya sudah beredar dalam buku-buku sejarah di sekolah, bahkan sudah dijadikan monumen atau patung di beberapa tempat di Indonesia.

Kendati demikian, agar anak-anak tidak salah paham, dalam buku-buku pelajaran perlu dijelaskan bahwa itu hanya ilustrasi belaka, dan bukan wajah asli Patih Gajah Mada.

Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Bahaudin mengatakan hal itu perlu dilakukan agar anak -anak sadar bahwa gambar itu bukan cermin Gajah Mada yang asli. Dia menilai, gambar imajiner itu sudah menjadi fakta mental di masyarakat.

"Misalnya Nyi Roro Kidul itu mitos, namun masyarakat di Pantai Selatan Jawa percaya. Inilah yang disebut fakta mental, yang membuat mereka melakukan upacara labuhan laut, dan sebagainya," ujarnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Selain Mohammad Yamin, Gambaran Gajah Mada juga sempat diilustrasikan arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar. Dia mengilustrasikan sosok Gajah Mada seperti sosok Bima dalam pewayangan, memiliki kumis melintang.

“Karena pada waktu itu, hanya raja dan ratu yang bisa diwujudkan dalam bentuk patung seperti patung Rajapadmi Tribuana Tungga Dewi atau Patung Ken Dedes, sementara Gajah Mada bukan raja," pungkas Bahaudin.

Bakal calon wakil gubernur Jakarta, Rano Karno alias Si Doel bertemu dengan Guntur Soekarnoputra

Guntur Soekarnoputra Nilai 'Si Doel' Dapat Dongkrak Popularitas Pramono di Pilgub Jakarta

Putra sulung mantan presiden Sukarno, Guntur Soekarnoputra, menilai Rano Karno atau 'Si Doel' dapat mendongkrak Pramono Anung dalam kontestasi Pilgub Jakarta 2024.

img_title
VIVA.co.id
12 September 2024