Sejarah dan Lokasi Lempar Jumrah dalam Ibadah Haji
- Bahauddin-Darmawan/MCH2019
VIVA – Lempar jumrah adalah salah satu ritual penting dalam rangkaian ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam di Mina, dekat kota suci Mekkah. Ritual ini memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya makna, berhubungan erat dengan kisah Nabi Ibrahim AS, putranya Nabi Ismail AS, dan perlawanan terhadap godaan setan.
Berikut adalah penjelasan mengenai sejarah dan latar belakang dari ritual lempar jumrah dalam ibadah haji.
1. Asal Usul Ritual Lempar Jumrah
Ritual lempar jumrah bermula dari peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim AS. Menurut riwayat Islam, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, sebagai ujian ketaatan dan keimanannya. Ketika Nabi Ibrahim bersiap untuk melaksanakan perintah ini, setan muncul dan berusaha menghalangi niat beliau dengan menggoda dan menghasutnya agar tidak mematuhi perintah Allah.
Nabi Ibrahim menolak godaan setan dengan melemparkan batu kepadanya di tiga tempat berbeda. Setiap kali setan muncul, Nabi Ibrahim melemparnya dengan batu, yang kemudian menjadi simbol perlawanan terhadap godaan dan kejahatan. Ketiga tempat tersebut kini dikenal sebagai Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
2. Pelaksanaan Lempar Jumrah
Dalam pelaksanaan haji, ritual lempar jumrah dilakukan selama hari-hari Tasyriq, yaitu pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari pertama (10 Dzulhijjah), jamaah haji melempar tujuh batu kerikil ke Jumrah Aqabah. Pada hari-hari berikutnya (11-13 Dzulhijjah), mereka melempar tujuh batu kerikil masing-masing ke tiga jumrah: Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
Batu-batu kerikil yang digunakan untuk melempar jumrah dikumpulkan sebelumnya oleh para jamaah. Setiap lemparan melambangkan penolakan terhadap godaan setan dan kejahatan, serta komitmen untuk menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.
3. Makna Spiritual dan Simbolis
Lempar jumrah memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Tindakan melempar batu ini tidak hanya merupakan ritual fisik, tetapi juga simbol dari perlawanan terhadap godaan setan, penolakan terhadap kejahatan, dan komitmen untuk mengikuti jalan yang benar sesuai ajaran Allah.
Ritual ini juga mengingatkan jamaah haji akan pentingnya ketaatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah, sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS. Setiap lemparan batu adalah perwujudan dari niat untuk membersihkan diri dari dosa dan meningkatkan kualitas spiritual.
4. Perkembangan dan Pengelolaan Lempar Jumrah
Seiring berjalannya waktu, jumlah jamaah haji yang meningkat membuat pelaksanaan lempar jumrah menjadi tantangan logistik dan keamanan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya pengelolaan dan peningkatan infrastruktur di Mina, termasuk membangun jembatan Jumrah bertingkat yang memungkinkan jamaah melempar batu dengan lebih aman dan teratur.
Langkah-langkah ini diambil untuk memastikan bahwa ritual lempar jumrah dapat dilakukan dengan aman oleh jutaan jamaah yang datang dari seluruh dunia. Pengaturan waktu dan pengawasan ketat juga diterapkan untuk mengurangi risiko kecelakaan dan menjaga keselamatan jamaah.
Sejarah lempar jumrah dalam ibadah haji mencerminkan peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Ibrahim AS dan pengajaran tentang ketaatan serta perlawanan terhadap godaan setan. Ritual ini bukan hanya simbol perlawanan terhadap kejahatan, tetapi juga merupakan wujud ketaatan, kebersihan diri dari dosa, dan komitmen untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran Allah.
Dengan perkembangan infrastruktur dan pengelolaan yang baik, pelaksanaan lempar jumrah dapat berlangsung dengan aman dan teratur, memungkinkan jamaah haji untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan penuh makna.
Baca artikel VIVA Trending menarik lainnya di tautan ini.