Boeing 777 London Singapura Dilanda Turbulensi Parah hingga Mendarat Darurat, 1 Orang Tewas

Pesawat Hi Fly alami turbulensi parah saat melintasi Kongo, piring beterbangan
Sumber :
  • FB

VIVA Trending – Kabar duka mendalam kembali didapati dari moda transportasi udara. Sebelumnya ada Presiden Iran Ebrahim Raisi dilaporkan tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu, 19 Mei 2024.

Pejabat AS: Ratusan Tentara Korea Utara Tewas Saat Bertempur Melawan Ukraina

Menurut sejumlah sumber, helikopter maut itu jatuh di provinsi Azerbaijan Timur, utara Iran. Baru selang beberapa hari kini kembali terjadi sebuah kecelakaan pada moda transportasi penerbangan. Kali ini pesawat Singapore Airlines penerbangan London - Singapura baru saja mengalami kecelakaan pada Selasa, 21 Mei 2024.

Insiden ini membuat seorang penumpang dilaporkan tewas dan beberapa lainnya hanya terluka ketika penerbangan Singapore Airlines dari London ke Singapura dilanda turbulensi parah. Turbulensi parah yang terjadi pada Boeing 777 ini diakibatkan adanya kondisi cuaca buruk saat penerbangan. 

Presiden Ukraina Bagikan Video Tentara Rusia Bakar Tentara Korut yang Tewas

Akibat mengalami turbulensi parah, Boeing 777-300ER dialihkan ke Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Thailand, dan melakukan pendaratan darurat pada pukul 15:45 (08:45 GMT) pada hari Selasa, 21 Mei 2024.

Ledakan Bom di Thailand, 3 Tewas Puluhan Orang Luka-luka

Menurut informasi beredar, bahwa area tempat pesawat itu melintas diketahui sedang dihantam badai tropis yang begitu hebat. Hingga membuat penerbangan SQ321 “mengalami turbulensi parah dalam perjalanan”, kata Singapore Airlines dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa ada korban luka dan satu korban jiwa di dalam pesawat Boeing 777-300ER tersebut,” katanya.

Empat jam setelah pendaratan darurat, 18 orang masih dirawat di rumah sakit sementara 12 lainnya dirawat rawat jalan, baca pernyataan itu.

“Penumpang dan awak yang tersisa sedang diperiksa dan diberikan perawatan, jika diperlukan,” tambahnya dikutip VIVA.co.id.

Ada 211 penumpang dan 18 awak di dalamnya. Seorang pria Inggris berusia 73 tahun tewas dalam insiden tersebut, kemungkinan besar karena serangan jantung, kata Kittipong Kittikachorn, manajer umum Bandara Suvarnabhumi, pada konferensi pers.

Sementara tujuh orang terluka parah, beberapa di antaranya mengalami luka di bagian kepala, katanya. 
Lebih lanjut menurut keterangan, kondisi penumpang  cukup tenang saat digiring turun dari pesawat.

Grup Bandara Thailand mengatakan, bahwa ada penumpang yang terluka ringan dan tidak terluka dibantu di lokasi khusus di dalam terminal Bandara Suvarnabhumi. Menteri Transportasi Singapura Chee Hong Tat mengatakan pemerintah akan memberikan bantuan kepada penumpang dan keluarganya.

“Saya sangat sedih mengetahui kejadian di dalam pesawat Singapore Airlines SQ321 dari London Heathrow ke Singapura,” tulisnya dalam pernyataan di Facebook.

“Saya turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum,” ungkap Chee Hong Tat.

Sebagai informasi setelah sekitar 11 jam waktu terbang, pesawat tersebut turun tajam dari ketinggian sekitar 37.000 kaki (11.278 meter) menjadi 31.000 kaki (9.449 meter) dalam waktu lima menit saat melintasi Laut Andaman dan mendekati Thailand, menurut data FlightRadar 24.

Kittikachorn mengatakan penerbangan tersebut jatuh ke dalam kantong udara ketika awak kabin sedang menyajikan sarapan sebelum mengalami turbulensi, sehingga mendorong pilot untuk meminta pendaratan darurat.

“Beberapa orang kepalanya terbentur kabin bagasi di atas dan penyok, mereka menabrak tempat lampu dan masker berada dan langsung menerobosnya,” kata Azmir, Dzafran Azmir, 28 tahun penumpang pelajar berusia satu tahun dikutip VIVA.co.id dari Aljazeera pada Selasa, 21 Mei 2024.

Kematian karena Turbulensi Jarang Terjadi

Andrew Charlton, direktur Aviation Advocacy, sebuah perusahaan konsultan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kematian yang disebabkan oleh turbulensi “sangat jarang terjadi”.

Dia mengatakan, pesawat tersebut terbang di atas wilayah tropis yang sering terjadi badai petir sehingga dapat menimbulkan turbulensi. Charlton mengatakan perubahan suhu udara, yang disebabkan oleh pendinginan lapisan bawah udara saat siang berakhir dan malam dimulai, juga dapat menyebabkan turbulensi parah.

Dia menekankan bahwa pesawat Singapore Airlines dirancang untuk “menahan turbulensi yang parah”. Namun, ia juga mengingatkan turbulensi masih dapat menyebabkan cedera pada penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya