Perayaan 20 Tahun Kongres Uighur Sedunia

Perempuan etnis minoritas Muslim Uighur menyambut para wsiatawan di gerbang Kota Tua Kashgar, wilayah selatan Daerah Otonomi Xinjiang, China.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie

VIVA – Pada tanggal 3-6 Mei 2024, Kongres Uighur Dunia (WUC) merayakan hari jadi ke-20, sekaligus merayakan dua dekade dedikasi yang tak kenal lelah terhadap perjuangan Uighur. Didirikan pada tanggal 16 April 2004, di Munich, Jerman, WUC muncul sebagai mercusuar harapan di tengah masa pergolakan global yang penuh gejolak, memperkuat suara masyarakat Uighur dan berdiri sebagai simbol ketahanan dalam menghadapi tantangan besar.

'Jakarta Menyala' Menjadi Trending di X, Pramono-Rano Menang Pilkada Jakarta 2024?

Selama 20 tahun terakhir, WUC telah mencapai tonggak penting dalam meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia dan genosida yang menimpa komunitas Uighur. Melalui upaya advokasi yang tiada henti, WUC telah menarik perhatian internasional, sehingga menghasilkan dua nominasi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2023 dan 2024. Nominasi ini menjadi pengingat akan pentingnya mengatasi penderitaan masyarakat Uighur dan meminta pertanggungjawaban para pelaku kekejaman.

Untuk memperingati peristiwa bersejarah ini, WUC menyelenggarakan serangkaian acara perayaan di Munich, Jerman, sebuah kota yang memiliki arti khusus bagi diaspora Uighur di Eropa. Acara peringatan 20 tahun ini menampilkan beragam kegiatan, termasuk diskusi panel, pidato utama, peluang networking, dan pertunjukan budaya. Mulai dari pertunjukan musik yang meriah hingga piknik luar ruangan yang semarak, pertemuan ini sebagai penghormatan kepada kekayaan warisan budaya masyarakat Uighur sekaligus menegaskan kembali komitmen teguh dalam memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan hak asasi manusia.

Miris, Gunung Suci Umat Buddha di Tiongkok Diubah Jadi Destinasi Wisata Komersial

Dengan sekitar 300 peserta hadir, termasuk aktivis Uighur, tokoh masyarakat, penyintas kamp, ​​​​sekutu, pejabat pemerintah, dan perwakilan masyarakat sipil dari lebih dari 25 negara, konferensi ini berfungsi sebagai platform yang kuat untuk solidaritas, dialog, dan aksi kolektif. Bersama-sama, WUC akan terus menyuarakan pendapat, mengadvokasi keadilan, dan berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Uighur, menegaskan kembali komitmen bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.

Suku Uighur, adalah suku bangsa Turki yang secara etnis dan budaya tinggal di wilayah yang umumnya dikenal sebagai Turkistan Timur, yang terletak di Asia Tengah. Dengan populasi diperkirakan lebih dari 20 juta jiwa, masyarakat UIghur menganut agama Islam moderat dan menjalani kehidupan sekuler. Namun, keberadaan mereka terancam karena kebijakan represif yang diterapkan oleh pemerintah Tiongkok selama puluhan tahun.

Anti Mainstream! Objek Wisata Ini Berada di ketinggian 5.000 Kaki, Pecinta Petualangan Wajib Coba

Turkistan Timur, yang secara historis merupakan tanah air masyarakat Uighur, telah diduduki oleh Tiongkok sejak tahun 1949. Berbatasan dengan sembilan negara, termasuk Mongolia, Rusia, dan India, Turkistan Timur terletak di persimpangan Asia dan memiliki makna budaya dan sejarah yang sangat besar sebagai bagian dari wilayah tersebut. Jalur Sutra kuno.

Meskipun memiliki warisan budaya yang kaya, negara Uighur menghadapi tantangan berat di bawah pemerintahan Tiongkok, termasuk penganiayaan berdasarkan alasan budaya dan agama, penangkapan sewenang-wenang, dan penindasan terhadap perbedaan pendapat secara damai. WUC tetap teguh dalam komitmennya untuk mengadvokasi hak dan martabat masyarakat Uighur dan berupaya memobilisasi dukungan global untuk perjuangan mereka.

Masalah Uighur memerlukan fokus ulang dan perhatian yang lebih besar dari komunitas global karena dampaknya yang besar terhadap hak asasi manusia, martabat, dan stabilitas internasional. Pelanggaran hak asasi manusia yang sistemik, termasuk penahanan sewenang-wenang, kerja paksa, penindasan budaya, dan laporan genosida, yang dilakukan terhadap penduduk Uighur di Turkistan Timur oleh pemerintah Tiongkok merupakan pelanggaran mencolok terhadap prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia dan hukum internasional.

Penderitaan warga Uighur tidak hanya menantang nilai-nilai inti kebebasan, kesetaraan, dan keadilan tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya tindakan kolektif untuk mengatasi dan mencegah kekejaman tersebut. Mengabaikan atau meremehkan krisis Uighur berisiko menjadi preseden berbahaya dan menguatkan rezim opresif lainnya di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi komunitas global untuk memfokuskan kembali perhatiannya, memberikan tekanan diplomatik, dan mengambil langkah nyata untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman yang sedang berlangsung terhadap masyarakat Uighur.

Keberagaman dalam komunitas Uighur merupakan bukti kekayaan budaya dan pengalaman manusia, dan hal ini patut untuk dirayakan. Uighur, sebagai masyarakat Turki secara etnis dan budaya, memiliki beragam tradisi, bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan yang telah berkembang selama berabad-abad. Keberagaman ini mencerminkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi masyarakat Uighur dalam menghadapi tantangan sejarah dan pertukaran budaya.

Merangkul dan menghormati keberagaman ini tidak hanya menumbuhkan rasa persatuan dan inklusivitas dalam komunitas Uighur namun juga mendorong pemahaman dan apresiasi di kalangan masyarakat luas. Dengan merayakan keberagaman Uighur, kami mengakui nilai yang melekat pada warisan unik setiap individu dan berkontribusi terhadap pelestarian dan pengayaan warisan budaya global.

Saat merayakan dua dekade advokasi, Kongres Uighur Dunia menegaskan kembali komitmen teguh untuk mempromosikan keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia bagi komunitas Uighur. Melalui solidaritas, dialog, dan tindakan kolektif, WUC berupaya membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga Uighur dan memastikan bahwa suara mereka didengar di panggung dunia.

Baca artikel Trending menarik lainnya di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya