Sosok 'Jenderal Pembangkang' pada Masa Rezim Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5
- Youtube
Jakarta – Dikenal sebagai pembangkang pada era pemerintahan Soeharto, Abdul Haris (AH) Nasution adalah salah satu figur terkemuka yang memberanikan diri menantang kebijakan rezim tersebut. Ia bahkan disebut-sebut sebagai ‘Jenderal pembangkang’.
Bersama dengan sejumlah tokoh lain seperti Ali Sadikin, Hoegeng Imam Santoso, Burhanuddin Harahap, dan Mohammad Natsir, Nasution terlibat dalam kelompok yang memilih untuk menandatangani Petisi 50 pada 5 Mei 1980.
Petisi 50 ini sebenarnya merupakan bentuk protes terhadap klaim Soeharto yang menggambarkan dirinya sebagai perwujudan Pancasila. Para kritikus rezim ini percaya bahwa kebijakan Soeharto tidak sejalan dengan kebutuhan rakyat dan negara.
Mereka menjadi suara oposisi terhadap pemerintahan Soeharto selama lebih dari satu dekade. Bersama-sama, mereka membentuk kelompok diskusi yang dikenal sebagai Brasildi, yang terdiri dari pensiunan elite militer dari tiga divisi di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, yakni Brawijaya, Siliwangi, dan Diponegoro.
Melalui kelompok ini, mereka mengkritik situasi politik pada masa itu. Namun, respons keras rezim Soeharto terhadap kelompok oposisi ini tak terbantahkan. Mereka dianggap sebagai ancaman oleh rezim Soeharto yang berkuasa pada saat itu.
Mereka juga menghadapi tindakan pembatasan yang mencakup larangan media cetak untuk mengutip pernyataan mereka, penolakan undangan resmi pemerintah, dan bahkan ancaman pengasingan ke Pulau Buru sebagai tahanan politik.
Meskipun begitu, keberanian para kritikus militer dalam menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Soeharto menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perlawanan politik di Indonesia pada masa itu dan terkenang sampai saat ini.
Jenderal Besar (Purn) AH Nasution memiliki nama lengkap Abdul Haris Nasution. Ia lahir di Huta Pungkut, Kecamatan Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada 3 Desember 1918. Ia merupakan anak kedua dari pasangan H Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis.
Abdul Haris Nasution merupakan seorang jenderal yang dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya dalam melawan penjajahan Belanda pada masa itu. Ia juga sempat menjadi sasaran dari gerakan 30 September atau G30S PKI.