Misteri Prabu Jayabaya yang Belum Terpecahkan, Dipercaya Sebagai Jelmaan Dewa
- Istimewa
Jakarta – Prabu Jayabaya, penguasa yang teguh dari Kerajaan Kediri pada periode 1135-1159 Masehi, dikenal tidak hanya karena keberanian dan kearifannya, tetapi juga karena kemampuannya dalam meramal masa depan.
Prediksi atau ramalan yang dicatat di dalam Jangka Jayabaya telah menjadi legenda yang tak terbantahkan, diakui karena ketepatan dan kebenarannya yang telah teruji. Selama pemerintahannya, Kerajaan Kediri menikmati masa keemasan di masa Raja Jayabaya.
Selain itu, ketika Jayabaya memimpin, mereka merasakan kesejahteraan dan kemakmuran merata di antara rakyatnya. Kepemimpinan Prabu Jayabaya, yang dicirikan oleh keadilan dan kebijaksanaan, meraih penghargaan dan cinta dari warganya.
Menurut "Tafsir Sejarah Negarakretagama", Prabu Jayabaya dianggap memiliki kelebihan luar biasa, termasuk kemampuannya untuk memperoleh wawasan tentang masa mendatang. Prediksi-prediksinya yang terdapat dalam Jangka Jayabaya memberikan gambaran tentang berbagai peristiwa yang akan memengaruhi tanah Jawa, bahkan hingga ke seluruh dunia.
Ramalan Jangka Jayabaya, juga dikenal sebagai Ramalan Jayabaya, merupakan naskah ramalan yang dianggap sebagai karya Raja Jayabaya yang dihormati oleh masyarakat Jawa. Isi dari kitab ini diyakini secara turun-temurun karena beberapa ramalannya telah terbukti akurat.
Dalam salah satu ramalannya, Jangka Jayabaya memprediksi tentang kedatangan suku berkulit pucat yang mampu melakukan pembunuhan dari jarak jauh, serta bangsa berkulit kuning dari arah utara. Hal ini dianggap merujuk pada kedatangan penjajah dari Belanda yang telah terjadi di masa lalu.
Salah satu ramalan yang paling menarik minat adalah tentang munculnya seorang pemimpin adil, yang disebut sebagai Ratu Adil. Ratu Adil diyakini akan lahir di tengah masa penuh kesengsaraan dan ketidakadilan, membawa harapan akan masa depan yang cerah bagi Nusantara.
Meskipun kontroversi masih mengelilingi kebenaran ramalan-ramalan Prabu Jayabaya, namun warisannya yang berharga sebagai sosok penguasa yang adil, bijaksana, dan memiliki kelebihan gaib tetap terus dihargai. Karya-karyanya yang meramal menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya, terus menjadi objek kajian dan perdebatan yang mendalam.