Merinding! Jayabaya Ramal Bencana Alam Berupa Banjir dan Gunung Meletus di Mana-mana

Jayabaya
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Prabu Jayabaya adalah penguasa atau raja yang berasal dari Kerajaan Kediri di masa lalu. Ia sangat terkenal dengan berbagai ramalannya yang bahkan sampai saat ini masih terjadi. Ramalan tersebut tertuang di dalam Kitab Jangka Jayabaya yang sangat dikenal masyarakat. 

Banjir Hantam Sulsel, Akses Jalan Lumpuh Total, Kendaraan dan Rumah Terendam

Konon katanya, ada ratusan bait kalimat ramalan pada gubahan kitab yang disebut sebagai peninggalan Raja Jayabaya tersebut. Lebih menakutkan lagi, beberapa ramalan Jayabaya mengenai bencana alam di Nusantara selalu terjadi dan bahkan sampai saat ini. 

Bait-bait ramalan tersebut diawali dengan ‘Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran' atau jika diartikan kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda, 'barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci', yang berarti yang jahat dijunjung-junjung, yang suci justru dibenci. 

355 Warga Terpaksa Mengungsi Akibat Banjir di Makassar

Jayabaya

Photo :
  • Istimewa

Selain itu, ada pula bait lain yaitu ‘selot-selote mbesuk wolak - waliking zaman teka', yang artinya lambat laun datanglah terbaliknya zaman. Beberapa dari ramalan Jayabaya tersebut bahkan terjadi di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan. 

Detik-detik Rumah Warga di Maros Hanyut Tersapu Banjir

Kemudian, Raja Jayabaya juga sempat meramal soal masyarakat Jawa di kemudian hari seperti ‘polahe wong Jawa kaya gabah diinteri, endi sing bener endi sing sejati, para tapa padha ora wani, padha wedi ngajarake piwulang adi, salah-salah anemani pati'. 

Bait tersebut memiliki arti tingkah laku orang Jawa seperti padi ditampi mana yang benar mana yang asli para guru semua tidak berani takut menyampaikan ajaran yang benar salah-salah akan menemui ajalnya.

Gunung Api Ruang di Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara

Photo :
  • Instagram

Bukan hanya itu saja, dikisahkan dalam Misteri Ramalan Jayabaya: Siapa Pemimpin Selanjutnya di Negeri Ini?" terdapat sebuah istilah ramalan Jayabaya yang berbunyi ‘banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni, marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti.’

Bait ramalan tersebut memiliki arti:banjir besar di mana-mana, gunung meletus tidak disangka-sangka, tidak ada isyarat dahulu benci setengah mati dengan pemimpin, yang senang bertapa tanpa makan dan minum, karena takut terbongkar rahasia diri yang sebenarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya