Kisah Unik Jenderal TNI Bintang 3 yang Ditunjuk Jadi Pangdam Saat Tertidur Lelap
- Youtube
Jakarta – Solihin Gautama Prawiranegara meraih ketenaran dalam lingkungan militer karena koleksi 20 tanda jasa dan penghargaan yang diterimanya selama masa dinasnya. Salah satu momen menarik dalam kariernya adalah saat ia dipromosikan menjadi jenderal bintang satu.
Ketika kejadian itu terjadi, Solihin ditunjuk sebagai Pangdam Hasanuddin dalam keadaan terlelap dalam tidurnya yang nyenyak. Cerita ini dimulai ketika Panglima Kodam XVI Hasanuddin, Kolonel M. Jusuf, berkunjung ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Pada saat itu, Jusuf masih memegang jabatan sebagai Pangdam Hasanuddin sambil menjabat sebagai Menteri Perindustrian, menjadikannya merangkap dua jabatan. Penggabungan status sebagai menteri dan pangdam ini terjadi pada masa peristiwa G30S/PKI.
Setelah tragedi nasional itu berlalu, Letjen Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Menpangad, mengakhiri masa jabatan Jusuf sebagai pangdam. Solihin tidak asing bagi Jusuf karena menjadi perwira tempur yang pernah menjadi guru di SSKAD antara tahun 1954-1956 di Bandung dan turut serta dalam operasi penumpasan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Operasi militer yang panjang itu dipimpin oleh Jusuf sebagai pemegang komando di wilayah Sulsel. Ketika Soeharto menanyakan siapa yang akan menggantikan posisi Jusuf, nama Solihin direkomendasikan. Namun, Jusuf tidak pernah memberi tahu Solihin tentang rekomendasinya tersebut. Oleh karena itu, Solihin merasa ragu ketika diundang untuk pergi ke Jakarta.
Ketika tiba di Jakarta, Solihin langsung dibawa ke sebuah acara syukuran tanpa dibawa ke rumah Jusuf atau penginapan terlebih dahulu. Rasa kelelahan dan kantuk yang luar biasa mulai menyergapnya. Saat Jusuf mulai berbicara di podium, Solihin, yang duduk di kursi tamu, akhirnya terlelap dengan nyenyak.
Meskipun ia hampir tertidur, Solihin masih mendengar sebagian pidato yang disampaikan. Jusuf mengumumkan kepada para tamu bahwa tugasnya sebagai Pangdam Hasanuddin telah selesai dan ia akan bertugas penuh di Jakarta sebagai menteri di bawah kepemimpinan Bung Karno.
“Yang akan menggantikan saya sebagai Panglima Kodam XIV Hasanuddin ini adalah perwira yang sedang ngorok di sebelah saya ini,” kata Jusuf menunjuk orang di sisinya. Yang dimaksud Jusuf tentu saja Solihin. Mendengar pengumuman tersebut, ajudan Solihin panik dan buru-buru membangunkan. Kontan Solihin terkejut.
Letnan Said, sang ajudan, memberitahu Solihin bahwa M Jusuf telah mengumumkan penunjukannya sebagai Pangdam yang baru. Solihin sangat terkejut, namun segera berusaha untuk bangun dan duduk dengan tegak, sebagai anggota Pasukan Kujang Kodam Siliwangi.
“Pak, kalau menunjuk saya menjadi Panglima (Pangdam), kasih tahu dulu dong. Jangan saat saya lagi tidur. Saya jadi malu, nanti bagaimana penilaian rakyat pada saya,” ucapnya. Kolonel Solihin GP akhirnya dilantik sebagai Pangdam XIV Hasanuddin pada 27 Desember 1965.
Dia kemudian melanjutkan kariernya sebagai Gubernur di Akabri Umum dan Darat antara tahun 1968 dan 1970. Puncaknya adalah ketika dia mencapai pangkat Letnan Jenderal. Untuk membuatnya lebih singkat, dia meninggal dunia pada usia 97 tahun. Kabar duka ini disampaikan oleh Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla.
“Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Turut berduka cita sedalam dalamnya atas berpulangnya ke Rahmatullah, Bpk Solihin GP. Semoga almarhum husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Al Fatihah,” tulis JK di laman media sosial pribadinya.