Kisah Mualaf Rasakan Ramadhan Pertama: Saya Lahir dari Ayah Yahudi

Ilustrasi berdoa.
Sumber :
  • Pixabay/ Hamsan

Jakarta – Pada bulan Januari yang lalu, Mohammed Salah, yang berusia 23 tahun, memeluk agama Islam atau mualaf. Pengalaman pertamanya dalam menjalani puasa ternyata dianggapnya "mudah".

Dilansir dari khaleejtimes, Selasa, 2 April 2024, Mohammed Salah memiliki latar belakang keluarga yang beragam, dengan ayah berketurunan Yahudi dan ibu beragama Kristen.

Dia menyatakan bahwa latar belakang tersebut memberinya "perspektif unik tentang hidup berdampingan dalam agama".

Ilustrasi berdoa.

Photo :
  • Freepik

Salah menggambarkan pengalaman tersebut dengan tingkat energi yang dirasakannya saat menjalankan salat Subuh.

"Sholat Subuh adalah sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya. Satu-satunya hal yang ada dalam pikiran saya sepanjang hari adalah saya tidak akan minum seteguk air pun," kata Salah.

“Sebelum memeluk Islam, saya selalu memikirkan bagaimana umat Islam bisa berpuasa sebulan. Itu adalah ketakutan ketika saya menerima Islam. Akhirnya saya berhasil dan semua Alhamdulillah lancar. Kesiapan mental adalah kuncinya," tambahnya lagi.

Erdogan: Hampir 50.000 Saudara Kita di Palestina Mati Sudah Menjadi Syahid

Perjalanan Salah masuk Islam bermula dari rasa penasaran yang mendalam yang dipicu oleh kejadian nahas yaitu penyerangan masjid yang tragis di Selandia Baru pada tahun 2019.

Sejak itu ia memulai upaya untuk memahami ajaran Islam, agama yang menganjurkan perdamaian dan persatuan.

Kisah Mualaf Diego Michiels, Pemain Naturalisasi yang Kritik Timnas Indonesia

Dipandu oleh rasa kasih sayang, Salah menemukan hiburan dalam ajaran yang ia temui selama penjelajahannya.

Ilustrasi meminta doa kepada Allah.

Photo :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
Terpopuler: Siswi Kristen Sekolah di Madrasah Islam Dapat Bantuan, Rekam Jejak Ketua KPK Baru

“Saya lahir dari ayah yang beragama Yahudi dan ibu yang menganut agama Kristen. Latar belakang keluarga saya yang beragam memberi saya perspektif unik tentang hidup berdampingan secara beragama. Saya telah membaca Alkitab dan Taurat, hal ini membantu saya memahami Al-Qur'an lebih awal dan lebih baik,” kata Salah.

Tiba di UEA tahun 2023 lalu, Salah menemukan komunitas suportif yang semakin mendorong perjalanan spiritualnya.

Percampuran budaya dan agama di Dubai memberinya sebuah lingkungan di mana orang-orang dari berbagai latar belakang hidup berdampingan secara harmonis.

Mohammed Salah memilih namanya dengan makna mendalam, menggabungkan unsur-unsur yang memiliki resonansi spiritual yang mendalam.

"Mohammed, nama yang dipuja karena kemurnian dan hubungannya dengan Nabi Muhammad, mencerminkan komitmen terhadap kehidupan yang benar dan berbudi luhur. Dipilihnya Salah di bagian kedua nama saya menunjukkan pentingnya doa dalam iman baru saya," kata Salah.

Bagi Salah, setiap kali dia mendengar namanya dipanggil, itu menjadi pengingat lembut akan kesucian sholat.

"Penamaan yang disengaja ini mencerminkan perjalanan pribadi yang menjalin identitas dan spiritualitas, menciptakan hubungan harmonis antara nama pilihan saya dan praktik spiritual yang telah menjadi bagian integral dalam hidup saya," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya