Terkuak Alasan Banjir Demak Kerap Dikaitkan dengan Selat Muria
- Istimewa
Jakarta – Banjir parah di wilayah pantai utara Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Demak, Kudus, dan Grobogan, sering dikaitkan dengan sejarah Selat Muria.
Selat Muria adalah jalur laut yang dahulu menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Muria dan merupakan pusat perdagangan penting dengan kota-kota seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana.
Namun, sekitar tahun 1657, endapan sungai yang masuk ke Selat Muria menyebabkan kedalamannya berkurang, dan akhirnya selat tersebut terisi oleh endapan tersebut, menyebabkan Selat Muria berubah menjadi daratan. Akibatnya, Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa.
Laman Siagabencana menyatakan bahwa kehilangan Selat Muria disebabkan oleh sedimentasi yang terjadi akibat aktivitas pengangkatan Pegunungan Kendeng.
Dampak dari aktivitas ini masih terasa hingga kini, terutama pada sedimentasi Selat Kendeng atau Danau Randublatung.
Dilansir dari Geologi.co.id, Jumat, 22 Maret 2024, penurunan kedalaman Selat Muria pada abad ke-17 mengganggu aktivitas pelayaran karena banyak wilayah yang berubah menjadi daratan. Pada masa itu, hanya saat musim hujan sampan kecil yang bisa berlayar di atas genangan air.
Menurut Awang Satyana, staf ahli SKK Migas, sedimentasi ini disebabkan oleh posisi strategis Selat Muria yang menerima sedimen dari berbagai arah.
Di sebelah selatan selat ini, terdapat perbukitan Zona Kendeng dan Zona Rembang yang tererosi oleh sungai-sungai yang bermuara di Selat Muria.
Di sebelah barat, Sungai Serang memiliki muara yang berasal dari lereng timur Gunung Merbabu. Sungai-sungai ini membawa material sedimen dari perbukitan dan mengendapkannya di Selat Muria.
Di sisi utara, Gunung Muria memiliki gradien kemiringan yang tinggi dan dialiri oleh banyak sungai yang mengirimkan material sedimen ke selatan.
Salahuddin Husein, seorang dosen Teknik Geologi di UGM, menambahkan bahwa peran Sungai Tuntang di ujung barat merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi Selat Muria.
Bersama Sungai Serang, sungai ini membentuk delta aktif yang membentuk morfologi pesisir Demak.
Kemudian, menurut laman p2stekom.ac.id milik Universitas Stekom Semarang, sejumlah daerah di Kudus, Jepara, dan Demak dulunya merupakan wilayah Selat Muria atau bekasnya.
Daerah ini terletak di bagian utara Demak, sebagian Kudus, dan sebagian wilayah selatan Jepara.
Daerah-daerah ini juga sering menjadi langganan banjir saat musim hujan. Namun, apakah ada hubungan langsung antara banjir yang terjadi di Demak dan Kudus saat ini dengan Selat Muria masih memerlukan penelitian lebih lanjut.