Kisah Sara Bokker, Model Hot yang Masuk Islam Gegera Alasan Tak Terduga Ini

Ilustrasi Sara Bokker
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Sara Bokker adalah seorang Amerika yang tinggal di Florida dan South Beach Miami dengan kehidupan yang mewah. 

Rusia Masih Digdaya, Jenderal Ranger Amerika: Pasukan Mereka Tak Tersentuh

Dilansir dari SIAP VIVA, Rabu, 20 Maret 2024, Kehidupan Sara Bokker ketika itu hanya terfokus pada bagaimana ia menjaga penampilannya agar menarik di mata orang banyak. Hingga suatu saat dia menemukan Islam dan mencoba mengenakan jilbab. 

Kisah dia dalam menanggalkan bikini dan mengenakan hijab benar-benar menginspirasi.  

Pengakuan Bersejarah: Presiden Biden Keluarkan Permohonan Maaf untuk Penduduk Asli Amerika

Ilustrasi Al-quran.

Photo :
  • Pixabay.

"Aku tumbuh di kota kecil di Amerika Serikat. Aku pernah berhubungan hanya dengan agama yang ada di dominasi kristen. Aku dan keluargaku kadang-kadang menghadiri gereja atas dorongan ibuku dan akhirnya aku membenarkan Luteran," katanya.

Hubungan Mencair, AS Jual Rudal TOW ke Arab Saudi Senilai Rp 6,8 Triliun

"Aku percaya Tuhan tetapi aku tidak percaya pada semua hal-hal gereja, seperti bernyanyi, menyembah gambar salib dan Yesus. Hal itu tidak masuk akal bagiku," sambungnya.

Sara putus sekolah beralih ke alkohol, dan pada usia 19 tahun ia tinggalkan daerahnya dan merantau ke kawasan Florida.  Ia mencoba untuk menyesuaikan dengan gaya hidup di sana, sampai akhirnya menjadi budak atas penampilannya sendiri.

Uang yang dia miliki dikeluarkan untuk menata rambut, berpenampilan semenarik mungkin dimata khalayak ramai.  Setelah bertahun-tahun Sara Bokker mulai merasakan bahwa ia selama ini sudah menjadi tawanan atas penampilannya sendiri.

Semua Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagiaan diri sendiri sudah menghukumnya dalam kehidupan yang serba glamor. 

Sara pun mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta dan alkohol ke meditasi, mengikuti aktivitas sosial dan mempelajari sesuatu yang dia sebut sebagai agama alternatif.

Ilustrasi Sara Bokker

Photo :
  • Istimewa

Sampai terjadilah serangan 11 September 2001, dimana seluruh Amerika bahkan dunia mulai menyebut-nyebut Islam dan terorisme. 

"Pada titik itu saya masih mengasosiasikan Islam dengan perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda, pemukulan terhadap istri dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan aktivis saya menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia," kata Sara. 

Kegiatannya sebagai seorang aktivis secara tak sengaja membawanya bertemu dengan seorang lelaki Muslim yang berjuang menuntut keadilan dan kemanusiaan atas peran yang dikobarkan Amerika Serikat.

Lelaki tersebut menceritakan kisah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam para sahabat dan perkembangan Islam saat itu.

"Aku tertegun mendengar cerita-cerita ini, karena aku tak tahu apa-apa tentang sejarah Islam. Aku terpesona dengan Islam dan membaca apapun yang saya bisa tentang hal itu, mau tidak mau meneliti quran," katanya.

Suatu hari Sara menemukan kitab suci Alquran, kitab suci yang selama ini dipandang negatif oleh dunia barat. 

"Awalnya saya tertarik dengan tampilan luar Alquran dan saya mulai tergelitik membacanya untuk mengetahui tentang eksistensi kehidupan, penciptaan dan hubungan antara pencipta dan yang diciptakan," tuturnya.

"Saya menemukan Alquran sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam tanpa saya perlu menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor," sambung Sara.

Pada Januari 2003 ketika berusia 29 tahun, Sara akhirnya secara mantap memeluk Islam. Dia merasakan kedamaian dan ketidak raguan saat mengucap syahadat.

Ia pun merasa tiba-tiba mempunyai alasan untuk hidup dan motivasi untuk hadir di dunia. Setelah itu Sara mulai mengenakan busana muslim lengkap dengan jilbabnya.

"Saya membeli gaun panjang yang bagus dan kerudung seperti layaknya busana Muslim dan saya berjalan di jalan dan lingkungan yang sama, dimana beberapa hari sebelumnya saya berjalan hanya dengan celana pendek, bikini atau pakaian kerja yang elegan," tutur Sara. 

"Orang-orang yang saya jumpai tetap sama tapi untuk pertama kalinya saya benar-benar menjadi seorang perempuan. Saya merasa terlepas dari rantai yang membelenggu dan akhirnya menjadi orang yang bebas," timpalnya lagi.

Setelah mengenakan jilbab, Sara mulai ingin tahu tentang niqab.  Ia pun bertanya pada suaminya yang juga seorang Muslim yang telah menikahinya setahun setelah dia masuk Islam.

"Saya merasa Allah akan lebih senang dan saya merasa lebih damai daripada cuma mengenakan jilbab saja," kata Sara Bokker.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya