Kisah Eks Danjen Kopassus saat Operasi Seroja, Komandan Kritis dan Gugur di Pelukannya
- Youtube
Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto memiliki pengalaman sedih saat menyaksikan detik-detik gugurnya Kapten TNI Anumerta Sudaryanto, seorang korps baret dalam pelukannya saat Operasi Seroja, Timor timur pada 1976 silam.
Kisah ini diceritakan dengan rinci oleh Prabowo dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
"Kisah yang ingin saya ceritakan adalah tentang komandan saya pada saat melaksanakan operasi pertama sebagai Letnan Dua di Daerah Timor Timur pada tahun 1976," tulis Prabowo, dikutip Jumat, 15 Maret 2024 malam.
Eks komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu menceritakan, saat itu ia berada di Pasukan Nanggala 10 sebagai Perwira Intelijen, di bawah komando Mayor Inf Yunus Yosfiah.
Namun, akibat banyaknya perwira yang tertembak, Prabowo diangkat menjadi Wakil Komandan Unit C yang dipimpin Anumerta Sudaryanto yang kala itu masih berpangkat Letnan.
"Sebagai Wadan Unit, saya memimpin kelompok pembantu yang terdiri dari satu pucuk mortar enam dan satu pucuk rocket launcher," kenang Prabowo.
Prabowo melanjutkan, saat itu pasukan yang terdiri dari 20 prajurit menyebrangi sungai untuk merebut ketinggian di atas Kota Maubara. Namun, 10 menit setelah menyeberangi sungai, mereka diserang Fretilin dari arah barat.
Baku tembak tersebut menyebabkan Sudaryanto yang berada di barisan depan terkena tembakan. Bahkan Pasukan Unit C sampai dipukul mundur dan mereka bertahan di parit.
Pada saat tertembak, kata Prabowo, Sudaryanto memanggil seluruh anak buahnya, termasuk dirinya. Sebagai wakil, Prabowo pun mencoba menghampiri Sudaryanto dengan cara merayap.
“Saat itu berbahaya karena musuh masih banyak di depan. Tembak-menembak masih terjadi. Waktu itu sudah gelap gulita, tetapi karena beliau tidak diambil, berarti kami mengecewakan komandan dan moril pasukan akan turun," kata Prabowo.
Usaha Prabowo saat itu tidak berhasil.
“Saya berusaha menarik Letnan Sudaryanto, ternyata badannya berat, saya kewalahan. Akhirnya beberapa anak buah bergabung dan bersama-sama menyeret Letnan Sudaryanto ke garis belakang,” ungkapnya.
Dalam situasi gelap gulita, tidak ada helikopter yang dapat turun untuk mengevakuasi. Hingga nyawa Sudaryanto pun tak mampu diselamatkan. Ia gugur tepat di pelukan Prabowo.
"Dalam posisi luka beliau bertahan sampai pukul 03.00, tetapi akhirnya beliau gugur dalam pelukan saya. Saya tidak bisa lupa komandan saya mengembuskan napas terakhir dalam pelukan saya," demikian kisah Prabowo.