Buya Yahya Imbau Masyarakat Sikapi Hasil Pemilu dengan Ini
- Istiewa
Jakarta – Ulama KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya belum lama ini menyatakan bahwa jika terjadi kecurangan dalam Pemilu 2024 dengan memanipulasi angka suara, maka pelakunya telah melakukan dusta.
Meskipun tujuannya mungkin ingin memenangkan kandidat yang dianggap terbaik dan jujur, tetapi menggunakan cara yang tidak benar tetap dianggap sebagai kebohongan.
“Kalau dengan cara berdusta, Anda berbohong, berdusta merubah angka, berarti bukan karena Allah membelanya, ada sesuatu. Orang-orang seperti itu tidak akan bisa menjadi pembela pemimpin yang benar biar pun pemimpinnya benar,” Ujar Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.
Kemudian, Dalam menyikapi dugaan kecurangan Pemilu 2024, Buya Yahya mengimbau umat membebaskan diri bahwa tidak senang dengan kebohongan itu. Kalau senang dengan kebohongan, maka bukan karena Allah lagi dalam memilih seorang pemimpin.
“Kalau Anda menganggap itu ada sebuah kebohongan, sudah terlanjur Anda dukung sebelumnya, maka Anda harus ingkar dengan kebohongan itu bahwa itu tidak benar,” imbuhnya.
Buya Yahya mengingatkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kisah orang beriman sangat panjang, bukan hanya saat menjabat seorang pemimpin lalu selesai.
Segala tindak kecurangan dan kebohongan yang dilakukan pasti akan ditanya di alam barzakh dan diminta pertanggungjawabannya di akhirat.
Buya Yahya berpesan agar umat menata hati, tidak berdusta, dan tidak tepuk tangan dengan kesalahan. Kalau ternyata pemimpin yang dipilihnya berdusta, maka harus ingkar.
Pengingkaran terhadap pemimpin yang curang dalam proses pemilihannya dilakukan dengan bersama-sama meluruskannya.
“Kecurangan yang selama ini dimuat di media, misalnya, tidak boleh menjadikan sebab kita bermusuhan, caci maki. Sebab banyak di antara pendukung 01, 02, 03 mereka tulus sesuai dengan pengetahuannya. Kalau ada pemain salah satu yang gak benar, itu pemainnya (oknum),” tutur Buya Yahya.
Buya Yahya berharap pasca-Pemilu 2024 umat kembali damai, tidak memperpanjang permusuhan gara-gara jagoannya kalah dalam pesta demokrasi.
Ia berpesan, jika benar terjadi kecurangan, pihak yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi bekerjalah dengan baik. Jangan membuat kecurangan palsu dengan menuduh orang lain curang.