Sosok Jenderal Polisi Bintang 3 Keturunan Raja Gowa Makassar
- VIVA.co.id/Nur Faishal (Surabaya)
Makassar – Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri, Komjen Fadil Imran merupakan putra daerah Sulawesi Selatan berdarah campuran Bontonompo, Gowa dan Takalar.
Usut punya usut, Jenderal Polisi Bintang 3 lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu merupakan keturunan Raja Gowa ke-9 (periode 1510-1546) Kerajaan Gowa.
Raja tersebut bernama Daeng Matanre Karaeng Manguntungi bergelar (Tumapa’risi’ Kallonna), yang juga dikenal sebagai tokoh pendiri Kota Makassar (Benteng Somba Opu) pada tahun 1511.
Jenderal Fadil Imran juga adalah keturunan dari Daeng Matanre Karaeng Manguntungi dari ibunda, Hj Sitti Siada Dg Siang. Hal itu terlihat dari pohon silsilah keluarga yang tertulis dalam buku dengan judul ‘Daeng Siang Sang Penerang’
Informasi dihimpun Kamis, 1 Februari 2024, pada masa Karaeng Tumapakrisik Kallonna itu, Gowa berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menaklukkan berapa daerah di sekitarnya, seperti Garassi, Katingan, Mandalle, Parigi, Siang (Pangkajene), Sidenreng, Lempangan, Bulukumba, Selayar, Panaikang, Campaga, Marusu, Polongbangkeng (Takalar), dan lain-lain.
Untuk memperkuat pertahanan dan kedudukan istana di Somba Opu, Karaeng Tumapakrisik Kallonna memerintahkan untuk membangun sebuah benteng dari gundukan tanah yang mengelilingi istana pada tahun 1525. Benteng tersebut sekarang lebih dikenal dengan nama Benteng Somba Opu.
Setelah karaeng Tumapakrisik Kallonna wafat, beliau digantikan oleh puteranya I Manriogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565) sebagai Raja Gowa X.
Kerajaan Gowa mulai memeluk Islam setelah Raja Gowa ke-14 Mangenrangi Daeng Manrabia mengucap syahadat pada malam Jum’at, 22 September 1605, atau 9 Jumadil Awal 1014 H.
Setelah memeluk Islam, Raja Gowak ke-14 itu diberi gelar (Sultan Alauddin). Adapun, dia mengucap syahadat bersama Raja Tallo I Mallingkaeng Daeng Manyonri diberi gelar (Sultan Abdullah Awwalul Islam).
Keduanya memeluk Islam setelah mengenal seorang ulama asal Minangkabau, yakni Datu ri Bandang yang diberi gelar (Abdul Makmur Chatib Tunggal).
Sekitar enam tahun kemudian, kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan pun menerima Islam. Penyebarannya di dukung oleh Kerajaan Gowa sebagai pusat kekuatan pengislaman.