Spekulasi Ancaman Pandemi Baru Mencuat Pasca Lonjakan Kasus Penyakit Pernapasan di China
- vstory
Jakarta – Lonjakan penyakit pernapasan, semakin pesat meningkat di China. Penyakit, yang umum mewabah di kalangan anak-anak ini, membuat rumah sakit di hampir seluruh China kewalahan. Kasus ini memicu spekulasi online mengenai ancaman pandemi baru, empat tahun setelah COVID-19 pertama kali muncul di negara tersebut.
Namun, otoritas kesehatan Tiongkok mengatakan peningkatan infeksi ini disebabkan oleh campuran virus yang sudah diketahui dan terkait dengan musim dingin pertama di negara itu setelah pembatasan ketat terkait COVID-19 dicabut pada Desember lalu.
Meski menekankan bahwa situasi selengkapnya masih belum jelas, para ahli mengatakan tidak ada bukti bahwa kasus-kasus tersebut disebabkan oleh virus baru.
Pada 13 November 2023 lalu, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok melaporkan lonjakan penyakit pernapasan, sebagian besar menyerang anak-anak.
Pihak berwenang Tiongkok mengaitkan peningkatan kasus ini dengan berakhirnya pembatasan COVID-19, datangnya musim dingin, dan peredaran patogen yang diketahui termasuk influenza, pneumonia mikoplasma, virus pernapasan syncytial (RSV) dan Sars-CoV-2, yang tak lain virus penyebab COVID-19.
Pada tanggal 20 November silam, sistem pengawasan penyakit publik ProMED, yang pernah mengeluarkan peringatan dini tentang kasus pneumonia misterius yang ternyata adalah COVID-19, melaporkan bahwa beberapa rumah sakit di Tiongkok kebanjiran anak-anak yang sakit karena wabah pneumonia.
Wabah ini dikatakan terutama terjadi di ibu kota Beijing, tetapi juga di provinsi timur laut Liaoning dan wilayah lain di Tiongkok. Gejalanya meliputi demam, radang paru-paru tanpa batuk, dan bintil paru – benjolan di paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi di masa lalu.
Di sebuah rumah sakit anak-anak di Beijing, beberapa orang tua mengatakan kepada AFP bahwa anak-anak mereka menderita pneumonia mikoplasma, yang merupakan penyebab umum pneumonia pada anak-anak yang mudah diobati dengan antibiotik.
Laporan tersebut memicu kenangan akan pandemi ini, di mana pengguna media sosial takut akan adanya “virus baru yang datang dari Tiongkok, atau “COVID-19 baru”.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah berulang kali mengkritik Beijing karena kurangnya transparansi selama pandemi COVID-19, dan telah meminta lebih banyak informasi dari Tiongkok tentang anak-anak yang menderita pneumonia yang tidak terdiagnosis.
WHO menyebut Beijing hanya memberikan pernyataan belum ada deteksi patogen yang tidak biasa atau baru. WHO telah meminta lebih banyak informasi, dan mencatat bahwa Tiongkok memantau dengan cermat tren virus seperti flu, RSV, dan Sars-CoV-2.
Tiongkok juga mulai memantau pneumonia mikoplasma untuk pertama kalinya pada pertengahan Oktober 2023, tambah WHO.
WHO mengatakan, informasi rinci yang tersedia untuk sepenuhnya mengkarakterisasi risiko keseluruhan dari kasus penyakit pernafasan pada anak-anak yang dilaporkan ini terbatas.
Namun menurut WHO, peningkatan penyakit seperti itu diperkirakan terjadi seiring datangnya musim dingin.
Beberapa ahli menyebutkan kedatangan musim dingin, berakhirnya pembatasan COVID-19, dan kurangnya kekebalan pada anak-anak kemungkinan besar menjadi penyebab melonjaknya infeksi ini.
Profesor Francois Balloux dari University College London menyebut karena Tiongkok mengalami lockdown yang jauh lebih lama dan lebih ketat dibandingkan negara lain mana pun di dunia, maka gelombang 'lockdown exit' tersebut diperkirakan akan sangat besar di Tiongkok.
Profesor Francois Balloux mengatakan kecuali ada bukti baru yang menunjukkan sebaliknya, tidak ada alasan untuk mencurigai munculnya patogen baru.
Sementara Profesor Paul Hunter dari Universitas East Anglia di Inggris menekankan bahwa saat ini terdapat terlalu sedikit informasi untuk membuat diagnosis pasti.
Namun, secara keseluruhan, ahli dari Universitas East Anglia ini mengaku situasi ini tidak terdengar seperti epidemi yang disebabkan oleh virus baru.
Senada dengan2 ahli sebelumnya, Profesor Catherine Bennett dari Universitas Deakin Australia menunjukkan bahwa anak-anak kecil yang bersekolah di Tiongkok akan menghabiskan separuh hidup mereka tanpa paparan terhadap patogen umum, sehingga tidak memiliki tingkat kekebalan yang sama.
Baca artikel Trending menarik lainnya di tautan ini.