Viral Bayi Meninggal Diduga Akibat Pelayanan Buruk Klinik di Tasikmalaya, Begini Faktanya
- Instagram @nadiaanastasyasilvera
Tasikmalaya, Jawa Barat - Kasus meninggalnya seorang bayi baru lahir yang diduga diakibatkan buruknya pelayanan di sebuah klinik di Kota Tasikmalaya semakin mencuat. Bahkan, kasusnya viral di media sosial dan sudah masuk ke dalam tahap penyelidikan kepolisian Polres Tasikmalaya Kota.
Bayi dari pasangan Nisa Armila (22) dengan Erlangga Surya Pamungkas (23) warga Kampung Leuwimalang, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya itu diduga tak mendapat pelayanan layaknya bayi baru lahir di klinik tersebut.
Masih dalam suasana duka, Nisa Armila menyampaikan fakta sebenarnya terkait kasus tersebut. Apalagi, akhir - akhir ini ramai soal foto bayi yang dijadikan konten. Namun, lanjut Nisa, yang dipersoalkan bukan soal foto, tetapi terkait kurangnya penanganan terhadap bayi.
"Sebenarnya bukan masalah foto yang dijadikan konten, tapi pelayanan yang kurang atau buruk. Bukan masalah foto. Memang foto itu diambil tanpa izin. Namun, kami lebih fokus masalah pelayanan," kata Nisa Armila, saat ditemui di rumahnya, Rabu (22/11/2023) sore.
Nisa menjelaskan, kurangnya penanganan bayi di klinik tersebut salah satunya tak maksimalnya layanan ikubator. Padahal, sebelumnya pihak klinik berjanji akan melakukan pengecekan setiap satu jam. Pasalnya, bobot bayi tak normal seberat 1,7 kilogram.Â
"Misalnya kurang penanganan. Bayi katanya mau dicek sejam sekali, tapi tidak ada. Jadi diinkubator hanya empat jam, padahal bayi beratnya kurang, hanya 1,7 kilogram. Saya lahir tidak prematur. Lahir setelah 9 bulan dan normal," ujar Nisa.
Nisa terheran - heran dengan pihak klinik yang menyarankan agar bayi dibawa pulang pada pagi hari keesokan harinya setelah melahirkan. Padahal, pihak keluarga khawatir dengan berat badan bayi yang kurang. Bahkan, pihak klinik tak menyarankan agar bayi dirujuk ke rumah sakit.
"Saya disuruh pulang paginya. Lahiran jam 10 malam, paginya disuruh pulang. Keluarga khawatir, karena berat kurang. Kenapa tidak dirujuk ke rumah sakit? Paling gak diinkubator beberapa hari. Tapi ini disuruh pulang," ucapnya.
Nisa menyebut, saat kepulangan pihak klinik tak memberikan berkas apapun. Bahkan, kwitansi pembayaran biaya persalinan sebesar Rp 1 juta juga tidak diberikan.
"Kami juga tidak diberikan berkas apapun. Surat kelahiran, keterangan bayi sehat, kwitansi pembayaran tidak ada. Pulang hanya bawa si dede saja," ujarnya.
Nisa menambahkan, saat dirinya sudah tiba di rumah, kondisi bayi drop. Anak pertamanya itu mengalami sesak nafas. Hingga akhirnya, lanjut Nisa, ia menelpon klinik tetapi tak ada jawaban. Saat bayi meninggal pun, pihak keluarga mendatangi klinik tetapi tak beroperasi padahal sebelumnya selaku buka 24 jam.Â
"Selama di rumah, napas bayi sesak dan lemas. Kami telepon pihak klinik, tidak ada jawaban. Padahal itu penting. Kami mau tahu penanganan pertama gimana. Selasa malam, bayi tidak bergerak. Kami ke sana, tutup. Padahal kan penting dan darurat. Klinik juga 24 jam," pungkasnya.
Laporan:Â Denden Ahdani - Tasikmalaya