Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin Pernah Jadi Supplier Senjata ke Angkatan Darat

Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin
Sumber :
  • YouTube Karni Ilyas Club

Jakarta – Edi Darmawan Salihin ayah Wayan Mirna Salihin korban tewas dalam kasus Kopi Sianida mengaku bahwa dahulu ia merupakan seorang pengusaha senjata yang memiliki kedekatan dengan petinggi Polri. Namun kini dia sudah pensiun.

Cek Kesiapan Jalur Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Temuan Irjen Aan di Merak

Melalui usaha yang berhubungan dengan supplai senjata tersebut, tak heran jika ayah Mirna ini disebut-sebut sebagai orang penting hingga mengenal banyak polisi, mulai dari Krishna Murti, Ferdy Sambo, hingga Tito Karnavian.

Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin

Photo :
  • YouTube Karni Ilyas Club
Irjen Dedi Pimpin Evaluasi Penggunaan Senpi, Cegah Kasus Polisi Tembak Polisi Terulang

"Sejak kasus Mirna saya memang kenal beberapa polisi. Lha gimana sih? Orang saya semua yang ngurus, orang densus, nembak-nembak begitu, gimana nggak kenal," kata Edi dalam YouTube Karni Ilyas Club, Selasa, 10 Oktober 2023.

Edi mengungkap saat itu dirinya bekerja sebagai penyuplai Badan Pembekalan (Babek) ABRI. Kendati demikian, saat ini Edi sudah pensiun dan memilih bekerja sebagai petani cabai di wilayah Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Jenderal Listyo Ungkap Tantangan Berat yang Dihadapi TNI-Polri

"Saya waktu itu (suplai senjata ke) Angkatan Darat. Babek (Badan Pembekalan) ABRI, sama temen dulu (kerja sama). Bayarannya tahu sendirikan," ungkap Edi

“Sekarang udah pensiun, udah tua. (coba mampir) ke Bogor daerah Pamijahan, Cemplang, (saya) nanem cabe udah panen dua kali. lumayan buat hidup,” sambungnya

Selain cabai, Edi juga mengaku memiliki tanah di wilayah Bitung yang saat ini digunakan sebagai perkebunan singkong.

"Tanah di Bitung, buat ngumpulin singkong dari Lampung, semua dari Sumatera turun ke bos saya Haji Tabroni dia kirim ke Merak, deket kan sama pelabuhan Merak saya punya tanah," katanya.

Ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin

Photo :
  • YouTube Karni Ilyas Club

"Itu kita jual ke orang Korea. Saya enggak ikut ekspor, karena ekspor sekali gagal, ditolak. Nah kalau melalui Korea ini dibayar terus, biarin lah, untuk dikit, enggak apa-apa," sambungnya

Nasib kurang beruntung kini tengah dialami Edi, dia bahkan sampai harus menjual aset propertinya untuk keperluan makan sehari-hari.

“Waktu jaya-jayanya properti saya banyak. (Sekarang) dijualin buat makan hidup. santai aja," kata Edi sambil tertawa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya