Viral Human Trafficking Berkedok Lowongan Kerja, Ini Ciri-cirinya
- Foe Peace Simbolon/VIVA.co.id
Jakarta – Seorang warganet mengaku hampir menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking setelah melamar di salah satu lowongan kerja (loker) palsu.
Kabar mengejutkan ini diceritakan warganet melalui akun @worksfess, hingga Kamis, 24 Agustus 2023, unggahan itu telah dilihat lebih dari 988 ribu pengguna, dibagikan ulang 739 dan dipenuhi beragam komentar.
“Idup lagi cape capenya karena nganggur, terus apply loker, eh malah hampir jadi korban human trafficking,” tulis keterangan unggahan.
Selain itu, seorang YouTuber pemilik channel Sepulang Sekolah mengaku temannya pernah menjadi korban lowongan kerja palsu. Dia mengatakan temannya tergiur dengan pekerjaan sebagai customer service di Kamboja dengan gaji tinggi.
“Dia sempat ngecek latar belakang Perusahaan, semuanya jelas. Percaya lah dia, apalagi tawaran gajinya oke banget, berangkat lah dia. Pas sampai di Kamboja, dia dijemput dan dibawa ke kantornya,” ujar YouTuber.
“Di sana dia dikasih tau kalau sudah masuk ke dalam, dia sudah tidak boleh keluar lagi, kemudian dia bertemu dengan orang Indonesia di sana, ternyata ia baru tahu kalau diminta untuk scam,” sambungnya.
Lantas, seperti apa ciri-ciri human trafficking berkedok lowongan kerja ini?
Saat dikonfirmasi, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha mengatakan bahwa kasus human trafficking berkedok lowongan pekerjaan tengah marak akhir-akhir ini.
“Terkait online scam, kita mencatatkan jumlahnya sangat tinggi," ujar Judha kepada wartawan, Kamis 24 Agustus 2023.
Dia mengungkap, lowongan pekerjaan palsu itu menjanjikan berbagai posisi pekerjaan di luar negeri dengan gaji besar, namun nyatanya pekerjaan yang dilakukan saat tiba di lokasi berbeda dengan yang dijanjikan.
“Korban dipaksa melakukan kegiatan scaming, pakai akun-akun palsu kemudian mereka mengalami eksploitasi," kata dia
Sejak 2020 hingga saat ini, Kemenlu mencatat telah ada lebih dari 2.800 kasus penipuan terkait human trafficking berkedok lowongan kerja ini. Kemenlu mencatat kasus lowongan kerja jadi-jadian ini paling banyak berada di Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Filipina, Uni Emirat Arab, Vietnam dan Malaysia.
Ciri-ciri lowongan kerja palsu
Judha mengungkap, lowongan kerja palsu ini memiliki sejumlah ciri. “Biasanya ditawarkan sebagai customer service, marketing, dengan gaji 800 sampai 1.200 dollar AS dan tidak ada kualifikasi khusus," papar Judha.
Ciri-ciri berikutnya, lowongan tersebut mengatakan bahwa pelamar dapat berangkat ke luar negeri tanpa menggunakan visa kerja. Padahal, kata Judha, visa kerja harus diurus saat WNI akan bekerja di luar negeri.
“Kalau diminta berangkat ke luar negeri namun pakai fasilitas bebas visa sesama negara ASEAN ini sudah jadi tanda-tanda penipuan," ujarnya.
Judha menyarankan, jika masyarakat mendapat loker yang dianggap mencurigakan, dapat melaporkan pada Dinas Tenaga Kerja atau Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).
Namun, ika seandainya sudah terlanjur menjadi korban, maka pekerja WNI sebaiknya segera menghubungi perwakilan negara terdekat.