Kisah Veteran Ikut Operasi Seroja, Gambarkan Kondisi Sangat Mengerikan
- YouTube
Jakarta – Veteran RI Koloner (Purn) Suyudiman Saleh membagikan kisahnya ketika terlibat dalam Operasi Seroja di Timor Timur yang dimulai sejak 6 sampai 10 Desember 1975 silam. Menurutnya dalam operasi tersebut tercipta situasi yang mengerikan.
Operasi ini diikuti oleh Saleh ketika anak keduanya baru saja lahir, sehingga dia mengaku sangat berat untuk meninggalkannya. Namun, lantaran tugas negara Saleh mengatakan sulit untuk menolaknya.
“Pertama saya ditugaskan untuk pergi ke Bandung, di sana saya mengangkut pasukan Kopasgat dan Kopassus totalnya 90 orang,” ujar pria lulusan akademi angkatan udara tahun 1968 ini, dikutip dari YouTube TNI AD, Senin, 21 Agustus 2023.
Saleh mengatakan saat itu tidak ada satupun prajurit termasuk dirinya yang mengetahui akan ditugaskan ke mana. Setelah dari Bandung, mereka diperintah ke Madiun. Di Madiun perlengkapan berupa senjata dan logistik dimasukkan ke dalam pesawat.
Menuju tengah malam, komandan meminta Saleh dan 7 armada Angkatan Udara untuk menerbangkan pesawat ke arah Timur. Namun dia dan seluruh prajurit masih belum diberi tahu ke mana akan ditugaskan.
“Ini masih belum tahu mau ke mana, di tengah perjalanan kita baru diinfokan oleh komandan nanti jam sekian pasukan diterjunkan. Setelah itu saya sibuk membaca peta,” kata Saleh
Ketika sedang mengudara, Saleh mendengar suara Meriam dari bawah. Dia mendapat informasi dari pesawat lain bahwa mereka sedang ditembaki. “Terus di tengah jalan, kami kaget ada tembakan Meriam, saat itu kan ada 8 pesawat berangkat, mereka bilang, ‘ini kita sudah ditembaki dari bawah’,” cerita Saleh
Saat itu, Saleh menerima perintah untuk menerjunkan pasukan, ia pun membuka pesawat dan mempersilahkan prajurit untuk melompat. Dia mengambarkan kondisi sangat mengerikan ketika ratusan prajurut ditembaki dari bawah sehingga banyak yang gugur.
“Begitu terjun, wah teman-teman ditembakin dari bawah, itu banyak yang gugur. Kalau Anda lihat di Museum Mabes Abri Cilangkap Anda lihat ada tembok besar itu isinya nama-nama teman yang gugur di Operasi Seroja,” ungkap Saleh
Saleh mengungkap ketika mereka ditembaki, kondisi kokpit atau tempatnya di bawah tempat duduknya telah berserakan banyak peluru, beruntung tidak mengenainya.
“Itu tanggal 6 September 1975, di otak saya itu yang keingat anak saya yang sedang tidur di rumah, itu yang paling berat, saat mau berangkat aja itu rasanya berat sekali, di situ diperlukan keikhlasan dan ketulusan yang tinggi,
“Waktu mau berangkat ke sana saya lihatin anak saya, ‘aduh gimana kalau saya mati nanti’ berat sekali, udah keluar dari kamar, saya kembali lagi,” pungkasnya