2 Kontroversi Panji Gumilang, Ngawur Baca Ayat Al Quran Auto Salah Makna
- Tangkapan layar
VIVA – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang memang selalu bikin pernyataan kontroversi. Diketahui jika pernyataannya itu dianggap melanggar syariat islam.
Baru-baru ini muncul kembali kontroversi yang dilakukan Panji Gumilang. Kontroversi tersebut saat Panji Gumilang membaca dan menafsirkan ayat suci Al Quran ketika dirinya sedang menyampaikan khutbah di hadapan para santrinya.
Dilansir dari tvOnenews bersumber dari tayangan YouTube Tasik Ngaji, berdasarkan cuplikan dalam video tersebut yang pertama, Panji Gumilang terlihat sedang berkhutbah menyampaikan tafsiran dari ayat suci Al Quran tentang Nabi Muhammad ketika bertemu dengan orang Nasrani dan Yahudi.
Kata Panji Gumilang, saat Rasulullah bertemu dengan orang Yahudi, mengatakan kepada mereka agar memegang ajaran Taurat. Sementara ketika bertemu dengan orang Nasrani, menurut Panji Gumilang Rasulullah memerintahkan untuk memegang ajaran Injil.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, makna ayat sebenarnya yang dimaksud Panji Gumilang adalah perintah bagi ahli Injil untuk berhukum kepada kitabnya itu karena di sana ada nubuat tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Maka setelah datangnya Nabi Muhammad sebagai Rasulullah, ahli Injil diberikan kewajiban untuk beriman kepada sang Rasul sehingga menjadikan Al Quran sebagai petunjuk hidup.
Maka dari itu, maknanya bukan Rasulullah menyuruh orang Nasrani menggunakan Injil dan orang Yahudi menggunakan Taurat sebagai pedoman hidup mereka sehingga tak perlu menggunakan Al Quran.
Selain itu, saat pimpinan Ponpes Al Zaytun itu membacakan ayat suci Al Quran, maknanya jadi berubah. Ayat yang dimaksud adalah surat Al Maidah ayat 47 yang berbunyi "Walyahkum ahlul-injili bima anzalallahu fih", Â yang artinya "Maka wahai ahli injil berhukumlah dengan apa yang Allah turunkan".
Sementara dalam potongan video khutbah Panji Gumilang, ia salah membacanya menjadi, "Walyahkum ahlal-injili bima anzalallahu fih". Makna dari bacaan tersebut berubah drastis menjadi, "Maka berhukumlah wahai Muhammad berhukumlah terhadap ahli-ahli Injil".
Jadi, salah bacaan satu huruf saja bisa merubah maknanya. Para ahli injil yang seharusnya menjadi subjek malah menjadi objek dari kalimat dalam ayat tersebut.