Viral Mempelai Wanita Ngamuk, Diduga Karena Dismackdown dalam Pernikahan Adat Bugis Mappasikarawa

Viral, Pernikahan Adat Bugis Mappasikarawa Berujung Ricuh
Sumber :
  • Instagram

MakassarTradisi mappasikarawa yang berasal dari Suku Bugis tengah jadi sorotan setelah beredar video viral memperlihatkan mempelai wanita marah di tengah berlangsungnya acara tersebut.

Keseruan di Perayaan Hari Guru

Melalui video yang dibagikan akun Instagram mksinfo.official Minggu, 16 Juli kemarin, tampak dalam prosesi tersebut mulanya kedua mempelai diminta untuk duduk berhadapan.

Kemudian, saat mendengar semacam aba-aba, kedua mempelai diminta untuk berdiri, lalu mempelai wanita dipersilahkan untuk lari menuju kamar, disusul oleh mempelai pria di belakangnya.

Viral Ratusan Burung Pipit Mati Mendadak di Bandara Ngurah Rai Bali, Ternyata Ini Penyebabnya

Namun, entah apa yang terjadi, saat keduanya sampai di kamar, si wanita malah ngamuk dan memukul-mukul pria yang baru saja jadi suaminya itu.

Pertamina Investigasi Viralnya Mobil-mobil Alami Kerusakan Diduga Pakai Pertamax

Adapun, narasi unggahan tersebut mengatakan, si wanita marah lantaran merasa tersakiti saat diarahkan masuk ke dalam kamar. Tidak jelas apa yang membuatnya sakit, diduga wajah wanita itu terkena siku atau tangan suaminya saat ‘di-smack down’.

“Viral video prosesi pernikahan Adat Bugis Mappasikarawa oleh seorang wanita berakhir tragis, Pengantin wanita merasa tersakiti saat ingin diarahkan ke dalam kamar,” demikian keterangan video tersebut, dikutip Senin, 17 juli 2023.

Sejak artikel ini dibuat unggahan dari akun itu pun mendapat respon yang sangat beragam dari warganet. Ribuan komentar juga puluhan ribu like terpantau menghiasi video itu.

Mappasikarawa merupakan tradisi adat Budis yang dilakukan setelah berlangsungnya ijab kabul, di mana mempelai pria akan diminta memegang bagian tubuh istrinya, sebagai pertanda keduanya telah sah menjadi suami istri.

Mengutip jurnal ilmiah UIN Alauddin Makassar, tradisi mappasikarawa kerap disalahartikan oleh sebagian orang di beberapa desa di Kabupaten Bone.

Dalam prosesnya, setelah melangsungkan mappasikarawa warga melangsungkan tradisi mabbettang tettong, di mana kedua pasangan saling berlomba untuk berdiri dan saling menginjak satu sama lain.

Adapun, mitos yang terkandung pada prosesi itu siapa yang lebih dulu menginjak pasangannya, maka dialah yang akan berkuasa dalam kehidupan rumah tangganya ke depan dan lebih cenderung akan memerintah nantinya.

Hal tersebut sudah jelas tidak sesuai dengan tujuan pernikahan yaitu agar dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan dan hidup berdampingan secara damai dan sejahtera, dan bukan untuk memerintah dalam hal berkuasa atas dirinya dalam keluarga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya