Majalah Satir Prancis Mengolok Gempa Turki, Warganet: Menjijikan

Bendera Prancis.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Trending – Charlie Hebdo merupakan majalah satir Prancis itu telah memicu kemarahan di media sosial setelah menerbitkan kartun yang muncul untuk gempa berkekuatan 7,8 SR yang menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah.

Viral! Rombongan Presiden Prabowo Kasih Jalan Ambulans, Jadi Contoh Kesadaran Aturan Prioritas

Gambar yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin menunjukkan bangunan yang tertatih-tatih di tengah tumpukan reruntuhan dengan tulisan: "Tidak perlu mengirim tangki."

Charlie Hebdo tentang Gempa Turki

Photo :
  • Twitter Charlie Hebdo
Polisi Tangkap 2 Maling Motor yang Seret Korbannya di Cilincing, Pelaku Positif Narkoba

Dilansir dari Al Jazeera, pengguna media sosial mengatakan kartun yang diunggah di Twitter pada Selasa, 7 Februari 2023 itu mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di dua negara dan menyebut gambar itu "menjijikkan", "memalukan", "menjijikkan ", dan mirip dengan "ujaran kebencian".

Seorang wanita bernama Sara Assaf menanggapi dengan mengatakan bahwa dia menarik dukungannya untuk majalah tersebut. "Je ne suis plus Charlie" (Saya bukan lagi Charlie), tulisnya, mengacu pada slogan "Je suis Charlie" (Saya Charlie) yang diadopsi oleh pendukung media itu setelah serangan 7 Januari 2015 di kantor mereka.

Menag Nasaruddin Umar: Seribu Hektar di PIK Tak Ada Suara Azan

Pada hari itu, dua bersaudara yang mengaku berafiliasi dengan al-Qaeda melepaskan tembakan ke markas Charlie Hebdo di Paris, mengalahkan 12 orang sebagai pembalasan atas penggambaran kartun Nabi Muhammad.

Serangan tersebut memicu besarnya solidaritas global dengan Prancis serta memperpanjang tentang apa yang dimaksud dengan kebebasan berbicara.

"Kami dukung selama rasa sakitmu. Apa yang kita alami sekarang adalah bencana bagi umat manusia!" kata seorang pengguna, sebelum menyimpulkan: "Tidak, ini bukan humor."

Cendekiawan Muslim Amerika Omar Suleiman menilai mengejek kematian ribuan Muslim adalah "puncak dari bagaimana Prancis telah menyembunyikan kita dalam segala hal."

Beberapa pengguna mencatat bagaimana orang Turki telah melakukan dukungan pawai setelah serangan 2015, bersatu di belakang kampanye "Je suis Charlie", hanya untuk dibalas dengan apa yang dianggap banyak orang sebagai cemoohan.

Analis politik Öznur Küçüker Sirene berbicara kepada majalah tersebut dalam sebuah cuitan.

"Bahkan orang Turki adalah 'Charlie Hebdo' untuk berbagi kesedihan Anda dan hari ini Anda berani mengejek penderitaan seluruh rakyat. Seseorang harus benar-benar berani melakukan ini sementara masih ada bayi yang menunggu untuk diselamatkan di reruntuhan bawah," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya