Sosok Abdul Razak Mantan Atlet Dayung yang Viral di Media Sosial
- Telisik.id
VIVA – Viral kabar seorang mantan atlet Indonesia bekerja sebagai nelayan kecil di Desa Mola Bahari, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Sosok mantan atlet dayung Nasional asal Kampung Bajo, Wakatobi mendadak viral dan ramai diperbincangkan warganet.
Awal mulanya pemilik akun Twitter @bos_sir membagikan potret mantan atlet dayung tersebut di media sosial yang memperlihatkan sosok Abdul Razak membawa sejumlah medali yang ia raih semasa menjadi atlet. Bagaimanakah sosok seorang Abdul Razak yang sudah mengharumkan nama Indonesia tersebut?
Inilah Sosok Abdul Razak Mantan Atlet Dayung yang Viral di Media Sosial
Profil Abdul Razak
Abdul Razak merupakan atlet Indonesia yang pernah bertanding di Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Pria berusia 64 tahun itu juga sering memberikan prestasi bagi Indonesia di sejumlah ajang internasional.
Viral di media sosial
Di tengah riuhnya euforia keberhasilan para atlet Olimpiade Tokyo 2020, sosok Abdul Razak mendadak ramai diperbincangkan di media sosial. Hal tersebut bermula saat salah satu politisi muda La Ode Basiran, membagikan potret sosok Abdul Razak di akun twitter miliknya.
Dalam unggahan tersebut, La Ode membagikan foto Abdul yang memperlihatkan sejumlah medali di bahunya. Medali-medali tersebut berhasil diraih Abdul dalam berbagai kejuaraan dayung tingkat Nasional hingga Internasional.
Selama menjadi atlet dayung, Abdul Razak setidaknya berhasil mengumpulkan sekitar 48 medali, yakni 36 medali emas, delapan medali perunggu, dan empat medali perak. Setelah dibagikan, unggahan itupun lantas menjadi viral dan ramai diperbincangkan di media sosial.
Perjalanan karier menjadi atlet
Tahun 1987, Abdul Razak menjadi kontingen Sultra pada kejuaraan nasional di Semarang dan berhasil menyabet tiga medali emas. Karier Abdul Razak sebagai atlet kian melejit setelah itu dengan masih ke dalam skuad pemusatan latihan nasional di Jatiluhur, Jawa Barat, pada tahun 1988. Setahun kemudian, dia megikuti SEA Games di Malaysia dan sukses menyumbangkan tiga medali emas.
Lalu, dia juga sering mewakili Indonesia di sejumlah ajang, baik multi-event ataupun single-event, seperti Asian Games 1990 di China, dan SEA Games 1991 di Filipina dengan memberikan sejumlah medali emas dan perunggu.
Atas kerja kerasnya pada saat itu, Abdul Razak mendapatkan satu tiket untuk berlaga di Olimpiade Barcelona 1992 pada cabang olahraga kano nomor K-2 500 m sprint. Dia pun berhasil mencatatkan waktu 1 menit 41.23 detik pada babak repechage. Namun sayang, catatan tersebut belum bisa membawanya meraih medali Olimpiade karena harus terhenti di urutan keenam.
Asian Games Hiroshima pada tahun 1994 merupakan kejuaraan terakhir yang diikutinya sebelum gantung kayuh. Selama menjadi atlet, Abdul Razak telah mengumpulkan 48 medali yang terdiri dari 36 emas, 4 perak, dan 8 perunggu.
Menjadi pelatih setelah pensiun
Setelah tak lagi menjadi atlet, pada tahun 1995, dia memutuskan untuk menjadi pelatih kontingen Jawa Timur. Tahun 2000, dia dipanggil Gubernur Sultra saat itu, La Ode Kaimoeddin, dan pindah bekerja di Dispora Sultra.
Usai pensiun menjadi PNS, dia kembali ke kampung halaman di WakatobI dan tinggal di rumah kecil. Gaji pensiunannya yang kecil tidak mencukupi untuk memperbaiki rumah dan tidak cukup pula untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, sehingga dia beralih menjadi nelayan.
Meskipun telah menjadi nelayan, dia tetap semangat untuk melatih bibit-bibit muda di sekitar rumahnya yang ingin menjadi atlet kano. Berkat didikannya itu, skuad besutannya sukses mendapatkan 3 medali emas di ajang PON Jawa Barat 2016. Namun, dia harus rela menjual motor kesayangnya sebagai modal untuk memberangkatkan tujuh anak asuhnya ke Jawa Barat pada saat itu.
Mendapat respons dari Ketua DPD
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, merespon berita terkait kondisi mantan atlet dayung Abdul Razak yang kini menjadi nelayan sederhana di kampung halamannya, Wakatobi.
LaNyalla berharap bahwa Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memiliki program untuk masa tua atlet. Menurutnya, program tersebut bisa membantu kesejahteraan para mantan atlet, atau pun atlet yang sudah tidak produktif.