Wiranto
- Istimewa
VIVA.co.id – Wiranto adalah Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) terakhir. Di masanya, tahun
1999, TNI dipisahkan dari polisi sehingga yang adalah nomenklatur Panglima TNI.
Ketika Reformasi bergulir, Presiden BJ Habibie yang menggantikan Soeharto mendapuk Wiranto sekaligus
sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Di masa-masa krusial ini, Wiranto mengaku memiliki
mandat yang mirip seperti diperoleh Soeharto saat mendapat Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).Â
"Saya selaku panglima ABRI, justru memiliki wewenang itu. Mengapa tidak mengkudeta? Karena saya tidak
ingin mengkhianati negeri ini," kata Wiranto.
Setelah pensiun dari militer, Wiranto mencoba berkarier ke dunia politik. Di awal-awal tahun Reformasi,
pada 2004, Wiranto melaju sebagai kandidat presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin
Wahid. Wiranto maju capres setelah memenangkan konvensi capres yang digelar Partai Golkar. Namun
pasangan ini kalah dalam Pemilihan Presiden yang dimenangi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf
Kalla.
Kegagalan dalam Pilpres 2004 tidak membuat patah semangat Wiranto, tetapi justru menjadi pemicu naluri
Wiranto untuk terjun ke dunia politik. Dia pun kemudian mendirikan partai politik bernama Hanura. Pada
pilpres 2009, dia kembali ikut bertarung, tapi sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan calon
presiden Jusuf Kalla. Hasilnya tetap belum memuaskan.
Meski demikian, Wiranto tidak gentar dan fokus membesarkan partai politiknya. Pada Pilpres 2014, dia
kembali menjadi bakal calon presiden berpasangan dengan bos MNC Group Harry Tanoe. Sayang, kedua
pasangan ini berpisah sebelum Pilpres digelar.
Pada Pilpres 2014 ini, Wiranto dan partainya hanya menjadi pengusung calon lain yakni Joko Widodo.
Dukungannya membuahkan hasil. Wiranto pun diminta untuk menyodorkan kader-kadernya untuk dipilih
Presiden Joko Widodo untuk menjadi menteri di Kabinet Kerja periode 2014-2019. Ketika reshuffle
kabinet dilakukan Jokowi, Wiranto kembali diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan
Keamanan, jabatan yang pernah diembannya di masa Presiden BJ Habibie.
Wiranto lahir di Yogyakarta, 4 April 1947. Ia anak keenam dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama
RS. Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar dan ibunya bernama Suwarsijah sebagai ibu rumah
tangga. Wiranto menikah dengan Hj. Rugaiya Usman dan dikaruniai 3 orang anak.Â
Saat usia baru satu bulan, Wiranto harus pindah bersama kedua orangtuanya ke Surakarta karena agresi
Belanda yang menyerang Kota Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto menamatkan pendidikan sekolah dasarnya
hingga sekolah menengah. Ia tamat dari SMA Negeri 4 Surakarta pada usia 17 tahun. Selanjutnya ia
melanjutkan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang dan lulus pada tahun 1968.
Usai lulus dari AMN, Wiranto memulai karier militernya di korps infantri. Namanya mulai diperhitungkan
saat menjadi ajudan Presiden Soeharto selama empat tahun antara 1989-1993.
Setelah itu, karier militernya mulai meningkat. Mulai dari kepala staf kodam Jaya, Pangdam Jaya,
Pangkostrad, hingga KASAD. Pada tahun 1998, Wiranto ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Panglima
ABRI (Pangab), kini berubah nama menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Â hingga era Presiden
B.J Habibie.
***
BIODATA
Nama                 | : H. Wiranto. SH. |
Tempat, Tanggal Lahir | : Yogyakarta, 4 April 1947 |
Agama                 | : Islam |
Jabatan                 | : Ketua Umum DPP Hanura 2015-2020 |
Akun Media Sosial     | :Twitter @wiranto1947 |
 |  |
KELUARGA | Â |
Istri         | : Hj. Rugaiya Usman, SH |
Anak         | : 3 Orang |
Â
PENDIDIKAN
- SMA Negeri 4 Surakarta (1964)
- Akademi Militer Nasional (1968)
- Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara (1995)
- Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer (1996)
- STIE IPWIJA, Magister Manajemen (2006)
- Universitas Negeri Jakarta, Doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2013)
Â
KARIER
- Korps kecabangan infantri  (1968)
- Karoteknik Ditbang Pussentif (1983)
- kadep Milnik Pussentif (1984)
- Kasbrigif-9 Kostrad(1985)
- Waasops Kas Kostrad (1987)
- Asops Kasdivif-2 Kostrad (1988)
- Ajudan Presiden Republik Indonesia (1989-1993)
- Kasdam Jaya (1993)
- Pangdam Jaya (1994)
- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) (1996)
- Kepala staff TNI Angkatan Darat (Kasad) (1997)
- Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI (1998)
- Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima TNI (1998-1997)
- Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (2000)
- Pendiri Partai Hanura, 2005
- Ketua Umum DPP Hanura 2015-2020
Â
PENGHARGAAN
- Bintang Mahaputra Adipradana
- Bintang Dharma
- Bintang Yudha Dharma Putra
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama
- Bintang Jalasena Utama
- Bintang Swa Buana Paksa Utama
- Bintang Bhayangkara Utama
- Bintang Yudha Dharma Naraya
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Veteran Timur Tengah
- Bintang Kehormatan dari Spanyol
- Bintang Kehormatan dari Australia
- Bintang Kehormatan dari Belanda
- Bintang Pingat Jasa Gemilang Singapura
- Bintang Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darussalam
- Bintang Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
- Bintang Kesetiaan XXIV Tahun
- Bintang Penegak G-30-S/PKI
- Bintang Seroja
- Bintang Wirakarya
- Bintang Dwija Sistha
- Manggala/Wirakarya Kencana