Ratna Sarumpaet
- Istimewa
VIVA.co.id – Ratna Sarumpaet lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, 16 Juli 1966. Ia anak kelima dari sembilan bersaudara dari pasangan Saladin Sarumpaet dan Yulia Hutabarat. Ratna menikah dengan Achmad Fahmy Alhady dan bercerai. Dari pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak.
Ratna Sarumpaet dibesarkan di keluarga Batak Kristen. Lahir dari darah keturunan keluarga Batak, membuat Ratna kecil sangat dididik untuk menjadi disiplin apalagi sang ayah adalah mantan pejuang kemerdekaan dan mantan Menteri Pertanian pada masa Pemerintahan Revolusi Indonesia.
Ayahnya merupakan aktivis politik yang pernah mendirikan sebuah partai bernama Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Sang ibu juga pernah memimpin gerakan perempuan Tapanuli yang memperjuangkan kedudukan perempuan dalam tubuh Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) yang kebanyakan adalah kaum lelaki. Ibunya adalah sahabat karib dari Mohammad Hatta dan pernah menjabat menjadi ketua Persatuan Wanita Kristen Indonesia.
Ratna kecil menganyam pendidikan SD Negeri di daerah Tarutung, setelah lulus SD, ia dan keluarga besar pindah ke Yogyakarta, dan di sana lah Ratna meneruskan pendidikannya di SMP BOPKRI. Setelah 3 tahun menetap di Yogyakarta, Ratna dan keluarga pindah untuk kedua kalinya ke Jakarta dan melanjutkan SMA nya di PSKD I.
Lulus SMA, Ratna yang berumur 19 tahun masuk ke Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengambil jurusan arsitek, namun ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan memutuskan untuk belajar dunia seni dan teater Taman Ismail Marzuki (TIM).
Dia memilih dunia seni dan teater karena masih ada kaitannya dengan prinsip orang tuanya agar melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Kalau ayahnya melalui partai paolitik, Ratna melalui dunia teater.
Ratna muda nekat dan belajar teater secara otodidak dari WS Rendra, debut pertama pementasannya berjudul Rubayyat Omar Kayyam dan sejak itu banyak hasil karyanya dipentaskan di atas panggung teater.
Berawal dari naskahnya yang ia tulis berdasarkan peristiwa terbunuhnya buruh wanita saat itu, ia turut mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak dan dikenal sebagai seorang pejuang Hak Asasi Manusia. Selain berkecimpung di dunia teater, Ratna juga melibakan di dunia perjuangan HAM. Dalam perjalanan hidupnya, dia memeluk agama Islam.
Ia banyak menangani kasus yang ia kerjakan secara suka rela untuk membantu mereka yang menuntut kebenaran yang ada. Tak heran bila Ratna sering dietmukan di antara kerumunan demonstran untuk menuntut kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Atas kepeduliannya terhadap orang-orang tertindas, beragam penghargaan ia raih dari dunia internasional.
BIOODATA
Nama Lengkap | : Ratna Sarumpaet |
Tempat, Tanggal Lahir | : Tarutung, Sumatera Utara, 16 Juli 1949 |
Jabatan | : Pendiri Ratna Sarumpaet Crisis Center |
Agama | : Islam |
Akun Media Sosial | : Twitter @RatnaSpaet |
KELUARGA | |
Suami | : Achmad Fahmy Alhady (bercerai) |
Anak | : Mohammad Iqbal Alhady |
Fathom Saulina | |
Ibrahim Alhady | |
Atiqah Hasiholan |
PENDIDIKAN:
- SD Medan dan Yogyakarta, 1985
- SMP Yogyakarta BOPKRI, 1962
- SMA Jakarta PSKD I
- Fakultas Teknik Arsitektur UKI Jakarta (tidak tamat)
- Fakultas Hukum UKI Jakarta (tidak tamat)
KARIER:
- Ketua DKJ, 2003-2006
- Editor Film bekerjasama dengan MGM, Los Angeles, 1985-1986
- Penulis skenario dan sutradara, 1977-1987
- Anggota/Pengurus International Women Playwright
- Anggota Kehormatan PEN International
- Pendiri Ratna Sarumpaet Crisis Center
FILM:
- Jamila & Sang Presiden (Skenario & Sutradara), 2009
- Rumah Untuk Mama (Skenario & Sutradara), 1991
- Ballada Orang-Orang Tercinta (Skenario),1990
- Lulu (Skenario & Sutradara), 1989
- Sebuah Percakapan (Skenario & Sutradara), 1985
NOVEL:
Maluku Kobaran Cintaku, 2010
DRAMA:
- Pelacur dan Presiden (Naskah & Sutradara), 2006
- Anak-Anak Kegelapan (Naskah & Sutradara), 2003
- Alia
- Luka Serambi Mekah (Naskah & Sutradara), 2000
- Marsinah Menggugat (Naskah & Sutradara), 1997
- Pesta Terakhir (Naskah & Sutradara), 1996
- Terpasung (Naskah & Sutradara), 1996
- Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah (Naskah & Sutradara), 1994
- Dara Muning, (Naskah & Sutradara), 1993
- Rubayat Umar Khayam (Naskah & Sutradara), 1974
PENGHARGAAN:
- Penulis Skenario Terbaik Festival Film Bandung, 2010
- Youth Prize Vesoul International Film Festival, France, Film Jamila & Sang Presiden, 2010
- Public Prize Vesoul International Film Festival, France, Film Jamila & Sang Presiden, 2010
- Penulis Skenario Terpuji Festival Film Bandung, untuk film Jamila dan Sang Presiden, 2010
- Film Jamila & Sang Presiden Meraih Penghargaan The Network for the Promotion Asian Cinema dalam Festival Film Asiatica Mediale, Roma, Italia, 2009
- Netpac Award, Asiatica Film Mediale, Rome, Film Jamila & Sang Presiden, 2009
- Nominator Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik Festival Film Indonesia, untuk film Jamila dan Sang Presiden, 2009
- Nominator Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia, untuk film Jamila dan Sang Presiden, 2009
- Tsunami Award (Ratna Sarumpaet Crisis Center), 2005
- Female Human Rights special Award dari The Asia Foundation For Human Rights di Tokyo, Jepang, 1998