Pengurus PBSI Dinilai Belum Pentingkan Pembinaan Usia Muda
- VIVA.co.id/Radhitya Andriansyah
VIVA.co.id – Bulutangkis Indonesia saat ini belum bisa dibilang mencapai kesuksesan. Medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu dari pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bukanlah cerminan terbaik.
Mantan pelatih bulutangkis nasional, Mulyo Handoyo menilai kualitas pemain muda dengan senior berbeda amat jauh. Tak heran jika pada turnamen besar dunia di level super series, wakil Indonesia masih didominasi wajah-wajah lama.
(Baca juga: PBSI Jangan Dijadikan 'Sambilan' Para Pejabat Publik)
“Kita harus punya program akselerasi. Jangan sampai kita malah makin ketinggalan. Kita lihat Carolina Marin dan Victor Axelsen saja sudah bisa mendapatkan medali Olimpiade di usia awal 20an. Sementara kita di kejuaraan kelompok umur internasional, belum banyak yang muncul,” katanya kepada wartawan, Selasa, 11 Oktober 2016.
Pria yang mengantarkan Taufik Hidayat meraih medali emas Olimpiade Athena 2004 lalu itu menekankan pentingnya turnamen usia muda. Hal tersebut yang dianggapnya tidak dijalankan dengan baik oleh Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) saat ini.
Menyambut Musyawarah Nasional (Munas) pada akhir Oktober nanti, Mulyo berharap ada calon ketua umum yang berani mengutamakan pembinaan usia muda. Selain itu, lokasi pemusatan di daerah juga segera dibangun. "infrastrukturnya sudah ada, sehingga pembinaan bisa dilakukan secara merata, tidak hanya terpusat di Jawa,” harapnya.
(Baca juga: Gita Wirjawan Dinilai Masih Belum Optimal Memimpin PBSI)
Hal senada juga dilontarkan oleh pengamat olahraga Tanah Air ANhar Nasution. Dia bahkan dengan tegas menilai kepemimpinan Gita dalam 4 tahun belakangan ini masih jauh dari maksimal. Sudah cukuplah karena selama 4 tahun terasa tidak ada perubahan karena sukses Olimpiade pun sudah dirintis sebelum Gita,” ujarnya.