Australia Open Diguncang Isu Pengaturan Skor

Petenis Skotlandia, Andy Murray
Sumber :
  • REUTERS
VIVA.co.id
- Berita mengejutkan datang dari penyelenggaraan Australia Open 2016. Praktek
match fixing
atau pengaturan skor disebut-sebut terjadi dalam turnamen tenis paling bergengsi di awal 2016 ini.

Kecurigaan adanya pengaturan skor muncul ketika BBC dan Buzzfeed mengklaim telah menemukan dugaan praktek kotor tersebut di Australia Open 2016. Dalam keterangannya, BBC menyatakan, ada 16 pemain terlibat dalam praktek pengaturan skor.

Lebih mengejutkan lagi, 16 pemain yang dimaksud masuk dalam peringkat 50 besar dunia. "Mereka sudah dicurigai melakukan praktek ini. Laporan sudah diberikan kepada Unit Integritas Tenis (TIU) demi menindaklanjuti pertandingan mereka," demikian pernyataan BBC dalam programnya.

FIFA Perpanjang Hukuman Para Pengatur Skor di Italia
BBC dan Buzzfeed menemukan fakta adanya pengaturan skor lewat beberapa dokumen resmi. Tak cuma di Australia Open, mereka mencurigai praktek ini juga terjadi di turnamen tenis sekelas Wimbledon.

Gara-gara Tenis, Courtois Jadi Kiper Hebat
"Sekitar 8 pemain sedang dalam penyelidikan TIU dalam sedekade terakhir. Mereka sekarang sedang berlaga di Australia Open," lanjut BBC.

Kasus Pengaturan Skor di Liga Belanda Mulai Terkuak
Sementara itu, kepala TIU, Nigel Willerton menyatakan, pihaknya akan mengusut hasil temuan dari BBC dan Buzzfeed. TIU, menurut Willerton, harus melakukan penyelidikan ulang demi mendapatkan bukti sah mengenai isu pengaturan skor di Australia Open.

"Berbagai informasi kredibel yang diterima TIU akan dianalisa, dinilai, dan diinvestigasi, oleh orang-orang berpengalaman," kata Willerton seperti dilansir Guardian.

Di sisi lain, petenis top dunia, Andy Murray, sudah merasa curiga ada rekan-rekannya yang bermain dalam praktek pengaturan skor di beberapa turnamen terakhir. Namun, Murray merasa perlu penyelidikan lebih lanjut agar para petenis yang terlibat dalam praktek kotor tersebut bisa ditangkap.

"Sama sekali tak mengejutkan saya. Pemain datang ke turnamen seperti Australia Open dan akan kehilangan Ā£1700 (Setara Rp33 juta) jika tersingkir di babak awal. Mereka juga harus membayar mahal tiket perjalanan. Jadi, harus putar otak lebih keras agar biaya yang dikeluarkan bisa tertutup," ujar Murray.

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya