Perjuangan Menjadi Kevin Sanjaya

Kevin Sanjaya dan Sigit Budiarto
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Penyelenggaraan Audisi Umum PB Djarum setiap tahunnya menjadi kesempatan berharga untuk para atlet belia dari berbagai daerah di Tanah Air untuk memperebutkan Djarum Beasiswa Bulutangkis dan bergabung sebagai atlet PB Djarum. 

Dimeriahkan Sheila on 7, Sederet Bintang Bulutangkis Dunia Ramaikan wondr by BNI BrightUp Cup 2024

Bukan hanya diikuti oleh peserta yang baru sekali unjuk kemampuan, tak sedikit pula dari mereka yang sudah mengikuti audisi di tahun-tahun sebelumnya.

Misalnya salah satu peserta U-11 Audisi Umum PB Djarum 2024 asal Kota Sorong, Papua Barat Daya, La Ode Muhammad Ahsan Kamil. 

Bulutangkis Indonesia Sedang Tidak Baik, Fadil Imran Isyaratkan Rombak Kepengurusan PBSI: Jabatan Ini Hilang

Ahsan, sapaan karibnya total sudah tiga kali mengikuti Audisi Umum mulai tahun 2022.

Pada kesempatan pertama di tahun 2021, upayanya mewujudkan mimpi menjadi atlet PB Djarum terhenti di tahap screening kedua. Sementara tahun lalu, ia mencapai tahap turnamen pertama. 

Pertahankan Gelar Juara Umum, PB Djarum Borong 16 Emas di Gubernur Cup 2024

Dua kali gagal meraih Super Tiket, tak membuat Ahsan putus asa. Tahun ini, ia kembali menginjakkan kaki dari Sorong ke Kudus untuk bersaing di kelompok U-11. Sosok Kevin Sanjaya memiliki peranan penting karena menjadi sumber inspirasi sekaligus sosok idola bagi Ahsan.


"Saya ingin seperti Kevin Sanjaya karena memulai karier sebagai atlet binaan PB Djarum, sehingga akhirnya bisa menjadi juara dunia. Karena Kevin juga saya sangat ingin lolos ke tahap karantina dan diterima sebagai atlet binaan PB Djarum," kata Ahsan saat ditemui usai tanding di GOR Djarum Jati, Kudus.


Upaya Ahsan demi menyuguhkan penampilan maksimal pada Audisi Umum PB Djarum 2024, dilakukan dengan menjalani latihan secara intensif bersama klub PB Champion Kudus selama tiga bulan. Mulai dari latihan fisik hinggak teknik di bawah pelatih Erick Eriawan. 

Meski jauh dari orangtua, daya juangnya untuk menggapai mimpi sebagai atlet profesional tetap dipegang teguh. 


"Saya sudah tiga bulan berlatih di Kudus supaya di Audisi Umum tahun ini ada progress dari dua tahun sebelumnya. Walaupun saya di sini sendiri tidak didampingi orangtua, tapi mereka selalu mengingatkan saya untuk latihan serius dan mengikuti setiap instruksi dari pelatih. Sayangnya saya kalah di 64 besar tapi semoga bisa mendapat Super Tiket dari Tim Pencari Bakat,” ucap Ahsan.

Sama halnya dengan Ahsan, peserta yang kembali berusaha mengejar mimpi untuk menjadi atlet PB Djarum adalah Leona Afifa yang bersaing di KU 12. 

Sebelumnya, ia pernah mengikuti Audisi Umum pada 2022 dan berhasil menembus hingga tahap karantina. Kegagalan itu tak membuat Leona menyerah dan ingin kembali mencoba mengikuti Audisi Umum pada 2023. 

Namun niat tersebut terpaksa harus diurungkan, karena cedera lutut yag dialaminya. Alhasil, baru tahun ini atlet berusia 12 tahun tersebut kembali mencoba peruntungan setelah melakukan persiapan dan latihan panjang.

"Saya cedera lutut beberapa bulan sebelum Audisi Umum 2023. Tentu saya kecewa sebab berarti tahun ini menjadi kesempatan terakhir buat saya mengikuti Audisi Umum karena sekarang saya sudah berusia 12 tahun. Saya sangat berharap dapat memanfaatkan kesempatan terakhir ini dengan maksimal dan mewujudkan mimpi menjadi atlet binaan PB Djarum. Karena masalah cedera tahun lalu memberikan kesempatan saya untuk melakukan persiapan lebih lama.," kata Leona.

Legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti kembali turun gunung sebagai Tim Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum 2024, untuk memantau bakat dan potensi para peserta. 

Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 sektor tunggal putri tersebut menilai, animo peserta di tahun ini menjadi angin segar bagi kejayaan bulutangkis Indonesia, untuk meneruskan tongkat estafet prestasi gemilang yang sudah dicapai pendahulu.

“Yang membuat saya dan tim senang adalah tingginya animo juga dibarengi dengan teknik peserta yang merata dari berbagai sektor, serta tidak hanya mereka yang datang dari pulau Jawa saja, tapi juga yang di luar pulau Jawa pun cukup mencuri perhatian. Ini tentu menjadi tren positif agar regenerasi bulutangkis tetap terjaga,” ucap Susy. 

Lebih lanjut, Juara All England 1990, 1991, 1993, dan 1994 tersebut juga mengapresiasi perjuangan para peserta yang mengikuti Audisi Umum PB Djarum lebih dari satu kali. Menurutnya, hal itu selaras dengan kriteria atlet yang ia bidik, yaitu bukan hanya sekadar pemain tapi merupakan petarung. Satu hari jelang final Audisi Umum, Susy juga sudah mengantongi beberapa kandidat peraih Super Tiket.

“Kriteria utama yang pasti kemampuan teknik, footwork, cara bermain, daya juang, dan jiwa petarung. Saya senang sekali karena di tahun ini banyak peserta memiliki jiwa petarung yang sangat baik, itu jadi sebuah modal. Mereka yang sudah ikut Audisi Umum lebih dari satu kali, punya elemen itu. Semangat dan perjuangan menjadi modal karena sudah merasakan bagaimana susahnya mencapai impian. Karena mereka menganggap kegagalan itu bukan menjadikan patah semangat tapi justru belajar dari itu,” paparnya.
 
Ganda Campuran peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad juga terlibat lagi sebagai Tim Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum. 

Mereka sepakat bahwa ini merupakan salah satu upaya menjaga mata rantai ekosistem bulutangkis Tanah Air. Sebab, atlet segudang prestasi bukan lahir dengan cara instan, namun melewati perjuangan dan perjalanan panjang yang dimulai dari pembinaan sejak usia belia.


“Ini sebagai bentuk kontribusi kami untuk bulutangkis Indonesia. Dengan pengalaman dan insting yang kami punya semoga bisa bermanfaat. Yang paling penting untuk regenerasi bulutangkis agar terus berlanjut dan jangan sampai terputus. Terutama medali Olimpiade itu tren positifnya harus terjaga. Nah itu kan dimulai dari perekrutan seperti ini, sampai lanjut ke Sirnas, bergabung pelatnas, baru kans sebagai juara dunia. Kita yang bertugas untuk jeli melihat calon-calon juara berikutnya,” ujar Liliyana.

“Iya, jika sebelumnya kami sebagai atlet memberi sumbangsih untuk Indonesia dengan cara memberi medali, sekarang adalah terlibat untuk proses mencetak atlet yang menjadi calon juara dunia. Yang terpenting harus dimiliki peserta sudah pasti teknik, tapi tak kalah krusial juga motivasi dan daya juang. Fight itu harus dari diri sendiri. Kami senang di 2024 ini banyak menemukan jiwa petarung yang kita butuhkan,” timpal Tontowi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya