Kisah Cinta Susy Susanti dan Alan Budikusuma, dari Raket Turun ke Hati
- Instagram @alabudikusumaofficial
Jakarta – Kisah cinta yang dialami dua legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti dan Alan Budikusuma cukup menarik. Dari sama-sama mengharumkan nama Indonesia, mereka akhirnya saling jatuh cinta dan menikah.
Susy dan Alan sama-sama merebut medali emas di Olimpiade 1992 Barcelona. Susy merebut emas di nomor tunggal putri. Sedangkan Alan meraihnya di nomor tunggal putra. Ini menjadi catatan sejarah medali emas pertama dan kedua Indonesia di Olimpiade.
Susy dan Alan menikah pada 9 Februari 1997. Pernikahan berlangsung di Gereja Santo Yacobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sepekan kemudian, resepsi digelar di Ball Room Grand Melia Kuningan Jakarta.
Pernikahan yang ditaksir menelan biaya Rp1 miliar tersebut diberi nama "Grand Wedding Athena". Latar belakang ornamen pelaminan berupa bangunan gaya Romawi Kuno, lengkap dengan pilar-pilarnya yang kokoh. Banyak pihak membantu mewujudkan pernikahan ini.
"Biaya yang kami tanggung untuk pernikahan ini minim. Mereka melihat suatu kebanggaan karena kita berdua kan couple juara Olimpiade pertama dan mereka ingin bantu. Saya juga waktu itu sibuk latihan dan hal-hal begini tak bisa urus sendiri sama Susy," kata Alan dalam buku Setengah Abad PB Djarum, dari Kudus Menuju Prestasi Dunia.
Dari Raket Turun ke Hati
Kisah cinta Alan dan Budi bisa dibilang dari raket turun ke hati. Semuanya bermula pada 1985 saat mereka sama-sama masuk pelatnas.
Karena sering bersua saat latihan dan saat jam makan, mereka memutuskan menjalin komunikasi sampai akhirnya berpacaran secara diam-diam.
"Jadi, karena kami sama-sama perantauan, tiap hari ketemu di pelatnas. Itu membuat hubungan kami dekat," kenang Alan.
Saat berpacaran Alan dan Susy saling mendukung. Seperti saat Alan kalah di final Thomas Cup 1992 di Kuala Lumpur, Malaysia. Susy memberikan dukungan moril kepada sang pacar karena tak lama setelah itu ada Olimpiade Barcelona.
"Susy selalu kasih motivasi bahwa kita harus fokus dulu karena waktunya tidak banyak. Saya juga waktu itu butuh lebih banyak pemulihan fisik dan mental. Kita kesampingkan hal-hal pribadi dan fokus ke Olimpiade. Yang penting bagaimana kita bangkit kembali, latihan lebih giat, fokus habis-habisan untuk Olimpiade," tutur Alan.