Tontowi Ahmad Soroti Regenerasi Ganda Campuran Indonesia
- PB Djarum
VIVA Sport – Mantan pebulutangkis Indonesia, Tontowi Ahmad, menyoroti regenerasi yang terjadi di sektor ganda campuran pelatnas PBSI. Menurutnya, gap yang ada terlalu jauh sehingga membuat sektor itu kesulitan bersaing di level tertinggi.
Setelah pensiunnya pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Indonesia hingga kini masih belum menemukan ganda campuran yang bisa menyamai prestasi mereka di turnamen internasional, baik Super Series, Kejuaraan Dunia, maupun Olimpiade.
Sebenarnya, Indonesia masih memiliki Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang kala itu berada di peringkat kelima dunia dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja sebagai pelapisnya.
Praveen/Melatih bahkan menjadi satu-satunya pasangan ganda campuran —setelah pensiunnya Liliyana/Tontowi— yang bisa menyumbang gelar di turnamen bergengsi usai menjuarai All England 2020. Sayang, setelahnya prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas.
Hal itu juga yang membuat dua pasangan tersebut kini sudah terdegradasi dari Pelatnas PBSI sehingga ganda campuran senior pelatnas saat ini diisi oleh Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang kini duduk di peringkat ke-15, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso (29) dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati (30).
“Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah dari regenerasinya menurut saya. Jadi, sewaktu saya sama Butet (sapaan Liliyana Natsir) misalnya, saya waktu itu nomor satu, seharusnya estafetnya ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia," kata Tontowi saat ditemui di Audisi Umum PB Djarum, Kudus.
“Tetapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima. Sementara negara lain pemainnya masih sama,” ujarnya menambahkan.
Tak pelak, kondisi tersebut membuat ganda campuran Indonesia yang ada di pelatnas saat ini mengemban tugas berat yang tak sesuai dengan yang semestinya.
Mereka mendadak menjadi pasangan nomor satu pelatnas di saat seharusnya masih menjadi pemain pelapis. Tak jarang, mereka juga dituntut menang saat melawan pasangan-pasangan level atas dan jauh lebih berpengalaman.
“Contohnya di China, Zhang Nan/Zhao Yun Lei turunnya ke Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dari Thailand sudah ada (Dechapol/Sapsiree). Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita," ucap Tontowi.
"Jadi, kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal. Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka," tambah peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 itu.
“Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang. Jadi, yang ada (nasional) nomor empat harus ada di peringkat satu nasional sehingga mau tidak mau ada gap di situ."