Cerita Yuta Watanabe Usai Kalah di Final Kejuaraan Dunia BWF

Pebulutangkis Jepang, Yuta Watanabe
Sumber :
  • Tangkapan layar

VIVA – Pebulutangkis ganda campuran asal Jepang, Yuta Watanabe, mengakhiri musim turnamen 2021 dengan meraih medali perak di Kejuaraan Dunia BWF merupakan hasil yang cukup memuaskan di tengah periode kompetisi yang masih dibayangi pandemi.

Bahan Bakar Pertamina Patra Niaga Dukung Kesuksesan Pelaksanaan F1 Power Boat

Menurut atlet yang berpasangan dengan Arisa Higashino ini, perjuangannya di babak final Kejuaraan Dunia di Spanyol,  akhir pekan lalu tidak terlalu buruk. Oleh karenanya ia sudah siap dengan segala hasil yang diterima.

"Kami rasa tidak terlalu buruk di akhir musim, dan sebelumnya kami sempat mendapat beberapa medali. Jadi seharusnya saya cukup senang dengan capaian ini," kata Yuta dalam keterangan resmi BWF, Rabu 22 Desember 2021.

Timnas Teqball Indonesia Dapat Pengalaman Berharga di Kejuaraan Dunia 2023

Pada babak final Kejuaraan Dunia BWF, pasangan Yuta/Arisa harus mengakui keunggulan ganda campuran peringkat satu dunia Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai asal Thailand.

Dalam pertandingan yang berlangsung selama 43 menit itu, Dechapol/Sapsiree menang 21-13, 21-14. Meski begitu, Yuta sangat senang bisa sampai ke final dan bisa mengakhiri musim kompetisi dengan hasil maksimal.

Remaja Asal Karawang Juara di Kejuaraan Dunia Kano Thailand

Cedera Punggung Yuta Terbaca Lawan

Ganda campuran Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino

Photo :
  • PBSI

Menyikapi kekalahannya itu, Yuta mengaku bahwa permainannya memang kurang maksimal karena ada cedera di punggungnya. Kondisi itu mempengaruhi gaya permainan Yuta yang terkenal lincah dan punya pukulan kuat.

Ternyata kekurangan Yuta di babak final terbaca oleh lawannya, seperti dikatakan oleh Sapsiree yang melihat Yuta/Arisa lebih lambat dibanding biasanya sehingga mereka membuka peluang untuk menyerang sejak awal pertandingan.

"Saya punya sedikit cedera di punggung, tapi ini wajar karena sebelumnya saya selalu bermain dengan sangat cepat. Jadi saat main mungkin ada sesuatu yang salah, sehingga itu mempengaruhi permainan saya," katanya mengungkapkan.

Tidak maksimalnya fisik Yuta membuatnya tak bisa meladeni permainan Dechapol/Sapsiree yang terus menekan sejak awal. Jika saja ia lebih bugar, kemungkinan hasil akhirnya bisa saja berbeda, katanya.

"Mereka bemain sangat cepat, tapi kami juga sebenarnya tidak terlalu lambat. Permainan mereka memang lebih baik," tutur Yuta. (Ant)

Gymnastics Indonesia bersiap diri jadi tuan rumah 53rd FIG Artistic Gymnastics

PB Persani Matangkan Persiapan Kejuaraan Dunia Senam 2025

Gymnastics Indonesia terus bergerak cepat mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah 53rd FIG Artistic Gymnastics World Championships 2025. 

img_title
VIVA.co.id
13 September 2024