Kasus Pengaturan Skor 8 Pebulutangkis RI, 2 Pemain Banding ke CAS
- Instagram: badminton.ina
VIVA – Kasus pengaturan skor mengguncang bulutangkis Indonesia. Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mengumumkan ada delapan pebulutangkis Indonesia yang terlibat pengaturan skor.
Dalam pengumuman resminya pada 8 Januari 2021, BWF menyatakan ada dua kasus yang mereka tangani dan diperiksa panel independen pada akhir 2020. Salah satunya menyeret pebulutangkis Indonesia.
BWF menyebutkan identitas delapan pemain Indonesia yang terlibat skandal olahraga tersebut. Mereka adalah Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, Androw Yunanto, Putri Sekartaji, Mia Mawarti, Fadilla Afni, Aditiya Dwiantoro, dan Agrippina Prima Rahmanto Putra.
Kini, kabar terbaru menyebutkan bahwa tiga dari delapan pemain bulutangkis Indonesia yang terlibat dalam kasus pengaturan skor bertemu dengan Pengurus Pusat PBSI di Pelatnas Bulutangkis Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur, Senin, 11 Januari 2021, pagi. Mereka diterima Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Edi Sukarno.
Tiga pemain yang datang tersebut adalah Agripinna Prima Rahmanto Putra, Mia Mawarti, dan Putri Sekartaji. Sementara lima pemain lain yang dihukum adalah Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, Androw Yunanto, Afni Fadilah, dan Aditya Dwiantoro.
Dua dari tiga pemain tersebut, yaitu Agripinna dan Mia akhirnya memilih mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Swiss. Mereka banding karena merasa tidak bersalah melakukan rekayasa hasil pertandingan atau berjudi.Â
Sementara Putri Sekartaji tidak melakukan banding dan menerima hukuman, meski duhukum 12 tahun skorsing dan denda 12.000 dolar AS.
"Karena mereka masih sebagai warga PBSI, maka ketika mereka meminta bantuan dan perlindungan, tentu kita bantu dan dampingi," ujar Edi, saat menerima pemain itu dikutip dari Instagram resmi PBSI.
Memori banding tersebut, menurut Edi, setelah ditandatangani pemain akan segera dikirim. Hal ini sebagai bentuk bahwa PBSI tidak lepas tangan terhadap warganya yang tengah terlilit kasus.
Agri yang dijatuhi vonis BWF berupa hukuman enam tahun tidak boleh berkecimpung di bulutangkis dan denda 3.000 dolar AS, mengaku hanya sabagai korban. Pasalnya, dia tidak pernah melakukan pengaturan skor saat di turnamen Vietnam Terbuka 2017 seperti yang dituduhkan.