Yuni Kartika, Atlet Jago yang Alih Profesi Jadi Komentator Bulutangkis

Yuni Kartika saat menjadi komentator bulutangkis.
Sumber :
  • instagram.com/yuni.kartika73

VIVA – Jika Anda suka mengikuti turnamen bulutangkis, pasti kenal sosok Yuni Kartika. Wanita 47 tahun tahun seringkali terlihat sebagai komentator dan presenter bulutangkis di stasiun televisi nasional.

PBSI Lepas 9 Atlet Bulutangkis Berangkat Menuju Olimpiade Paris 2024

Tak banyak yang tahu, jika Yuni dulunya atlet yang jago. Dia pernah menjuarai Piala Dunia Junior 1991 dan German Open Junior 1990.

Di level senior, prestasi Yuni juga patut diacungi jempol. Dia menjadi bagian tim yang menjuarai Piala Uber 1994. Di level perorangan, Yuni maju ke final Malaysia Open 1992 dan tiga kali menembus semifinal Indonesia Open pada 1992, 1994, dan 1996.

Upaya Membentuk Srikandi Bulutangkis Masa Depan dari Audisi Umum PB Djarum 2022

Baca juga: Fakta Asmara Susy Susanti dan Alan Budikusuma yang Jarang Terungkap

Naas, sebuah kecelakaan pada 1992 mengubah peruntungan Yuni. Saat tampil di Thailand Open, dia mendapat kabar keluarganya kecelakaan. Ibunya meninggal dunia, ayah dan kakaknya kritis. Yuni diberi kabar mengenai kecelakaan setelah turnamen berakhir.

Penghancur Praveen/Melati Juara German Open 2022, China Hancur Lebur

"Dibiarkan main, padahal saat itu sudah ada kejadian kecelakaan itu. Itu sulit buat saya. Hidup rasanya seperti dibalik. Karena ibu saya adalah orang yang paling dekat dengan saya," kata Yuni dalam buku Setengah Abad PB Djarum, dari Kudus Menuju Prestasi Dunia.

Saat itu, Yuni sedang berada di puncak karier, berada di 10 besar dunia. Namun, kecelakaan yang menimpa keluarganya membuat prestasinya terus melorot. Hingga akhirnya, dia mengambil keputusan gantung raket di usia yang sangat muda, 22 tahun.

Jadi Komentator
Meski pensiun, Yuni tetap ingin memberikan sumbangsih untuk dunia bulutangkis Indonesia. Menurutnya, mantan pemainlah yang lebih bisa bicara mengenai olahraga yang digelutinya. Hal itulah yang membuatnya terjun sebagai komentator atau presenter olahraga.

"Jadi, mulailah saya sekolah untuk jadi presenter, magang di TVRI. Sampai akhirnya punya kemampuan jadi host dan komentator," kata Yuni.

"Artinya, saya tetap punya sumbangsih untuk badminton tapi dengan cara yang saya pikir bagus untuk mendukung bulutangkis Indonesia," tegasnya.

Nama Yuni diabadikan dalam nama piala dalam ajang Superliga Junior. Pada kompetisi itu, kategori putri U-17 tak lagi memakai nama Piala Superliga Junior tapi Piala Yuni Kartika.

Pasangan ganda campuran SL 3 – SU 5, Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila meraih juara Hydroplus Indonesia Para Badminton International 2024 di Edutorium UMS

Hebat! Raih 10 Emas, Indonesia Berhasil Pertahankan Gelar Juara Umum Turnamen Para Badminton International

Hebat! Raih 10 Emas, Indonesia Berhasil Pertahankan Gelar Juara Umum Turnamen Para Badminton International

img_title
VIVA.co.id
22 September 2024