Tragedi Senayan Terulang di Jepang, Semua Raja Bulutangkis China Keok
VIVA – Akhirnya tragedi Istora Senayan, Jakarta, terulang lagi di Japan Open 2019. Seluruh raksasa-raksasa tunggal putra China, hancur tanpa bisa mencapai ke puncak turnamen.
Yang paling buruknya, di turnamen BWF World Tour Super 750 ini, tak ada satupun tunggal putra China yang meraih kemenangan, semuanya keok di babak 32 besar.
Diketahui, China membawa 4 tunggal putra ke Tokyo. Mereka antara lain, Lin Dan, Chen Long, Lu Guangzu dan Huang Yu Xiang.
Chen Long merupakan tunggal putra China pertama yang dipaksa angkat kaki dari turnamen berhadiah total 750.000 dolar Amerika Serikat ini.
Pemilik 2 gelar juara dunia dan medali emas Olimpiade Rio 2016 dikalahkan di hari pertama Selasa 23 Juli 2019, dia secara mengejutkan dikalah dari tangan pemain tuan rumah, Kenta Tusneyama. Yang paling memalukan, Chen dihajar hanya dalam 52 menit dengan angka 21-14 dan 21-17.
Beberapa jam kemudian, giliran Lu Guangzu yang kalah. Dia dikalahkan Anthony Sinisuka Ginting. Lu benar-benar tak berdaya dihabisi juara China Open 2018 itu dalam 48 menit dengan angka 22-20 dan 21-16.
Tak lama setelah itu, Huang Yu Xiang yang mengalami nasib sama, dia dihajar pemain Hong Kong, Wong Wing Ki Vincent. Huang hanya mampu bertahan selama 40 menit saja menghadapi Wong, lalu kalah dengan angka 21-9 21-18
Selanjutnya petaka benar-benar menghampiri China di hari kedua, Rabu, 24 Juli 2019, satu-satunya tunggal putra yang tersisa hanyalah sang raja raksasa bulutangkis dunia, peraih 5 gelar juara dunia, Lin Dan.
Peraih 2 medali emas di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, secara mengejutkan dikalahkan pemain senior Denmark, Jan O Jorgensen.
Berbeda dengan 3 rekannya, Lin Dan masih lumayan beruntung, dia masih bisa meraih kemenangan di gim pertama, meski akhirnya kalah di dua gim berikutnya dengan angka 16-21, 21-11 dan 23-21.
Sebenarnya China memiliki satu pemain lagi, yakni Shi Yuqi. Sayang ranking 2 dunia ini tak bisa turun tanding karena masih menjalani perawatan akibat cedera parah di Istora.
Ini merupakan penampilan terburuk China di Japan Open. Sebab, dengan hasil ini mereka memperpanjang rekor buruk tak pernah juara menjadi 4 tahun beruntun. Jika berkaca dari sejarah, tentunya China harusnya bisa tampil lebih baik mengingat hingga saat ini mereka masih memegang rekor paling banyak menjuarai tunggal putra Japan Open, tercatat mereka sudah 12 kali membawa pulang tahta juara.
Dan yang paling tragis, Chen Long dan Lin Dan pernah merajai turnamen ini. Chen juara pada tahun 2011, sedangkan Lin Dan 3 kali juara pada Japan Open 2005, 2006 dan 2015.
Tak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di Indonesia Open 2019, di turnamen termahal dunia BWF Super 1000 itu, mereka juga gagal juara. Sebab, lima pemain mereka tumbang sebelum mencapai final.
1 pemain kalah di babak 32 besar, 3 pemain tersingkir di babak 16 besar dan 1 pemain lainnya keok di perempatfinal.
Lu Guangzu merupakan pemain China pertama yang kalah di Istora, dia dikalahkan Anthony Sinisuka Ginting.
Lalu, di babak 16 besar giliran Chen Long yang dikalahkan pemain Malaysia, Lee Zii Jia. Lin Dan dikalahkan Chou Tien Chen dan Shi Yuqi mengalami cedera saat berhadapan dengan raja Eropa, Anders Antonsen. Dan yang terakhir giliran Huang Yu Xiang yang dikalahkan Kantaphon Wangcharoen di perempatfinal.