Perangai Buruk Pebulutangkis Indonesia, Sangkutkan Bola ke Net

Latihan pebulutangkis Pelatnas PBSI.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti mengingatkan seluruh atlet untuk meningkatkan kualitas latihan. Hal ini mengingat semakin meningkatnya tensi turnamen tahun ini.

Format Baru Bertabur Bintang, Ajang BDMNTN-XL Sajikan Duel Paten dan Menghibur

Sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy tak mau lagi ada pebulutangkis yang mudah menyerah dan tampil loyo di hadapan lawan-lawannya.

Susy mengakui, hal itu terjadi karena pebulutangkis Indonesia belum semuanya yang meningkatkan kualitas latihannya.

Pemenang Aqua Cup Wakili Indonesia di Turnamen Badminton Asia Tenggara

Dalam sesi latihan, menurut Susy, masih saja ada pebulutangkis yang mudah lelah, pasrah dan menyerah. Padahal, kondisi itu tak seharusnya terjadi.

Sebab, kebiasaan buruk seorang atlet selama menjalani latihan, nantinya akan terbawa ke arena pertandingan.

Manfaat Ajak Anak Main Bulutangkis, Selain Sehat Ajarkan Si Kecil Kreatif Hingga Percaya Diri

"Mengatasi tekanan di pertandingan harus dibiasakan dari latihan. Contoh, kalau sudah capek di latihan, kadang masih nawar, kalau ketat, ya sudahlah, pasrah," kata Susy seperti dilansir situs resmi PBSI.

Yang parahnya, Susy menceritakan, ada kebiasaan buruk di dalam latihan, atlet yang sudah lelah kadang suka modus sengaja membuat bola tersangkut di net. Ada juga kebiasaan malas mengejar bola.

"Waktu latihan drilling 100 bola, kadang kalau sudah capek, dinyangkutin, kebiasaan di latihan itu akan kebawa, jadi cepat menyerah lah, kalau bola susah enggak mau diambil lah. Lebih baik di latihan mikir yang terjelek dulu, kalau nanti enggak sejelek itu di pertandingan kan enak kitanya main," ujar Susy.

Latihan merupakan pondasi penting bagi seorang atlet. Karena jika sudah berada di arena laga, maka kondisi akan berbeda. Tenaga lebih banyak terkuras akibat terbawa suasana tegang.

"Kalau latihan 20 kali smes, paling di pertandingan cuma lima sampai enam kali smes untuk satu poin. Kalau di tunggal, bisa 56 kali sampai 80 kali, ya latihannya harus tiga kali lipatnya. Di pertandingan, setengahnya saja sudah hilang karena tenaga lebih terkuras, ada rasa tegang, feeling belum dapat dan sebagainya. Nah, kalau kita bisa menerapkan yang setengahnya saja sudah bagus," kata dia.

Baca: Susy Susanti Blak-blakan Bongkar Keburukan Atlet Bulutangkis Indonesia

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya