Ratu Bulutangkis Dunia Desak BWF Tiru Konsep Tenis Grand Slam
- dnaindia.com
VIVA – Padatnya jadwal bertanding dalam pentas bulutangkis dunia mencuatkan sejumlah reaksi negatif. Tak hanya dari federasi negara-negara peserta, namun reaksi serupa bahkan langsung disampaikan oleh para bintang tepok bulu angsa.
Tak tanggung-tanggung, tiga maestro tunggal putri dunia Carolina Marin dan duet penggawa India, Saina Nehwal serta PV Sindhu. Trio ratu tunggal putri itu mengkritik sistem penjadwalan pertandingan yang dikelola Badminton World Federation (BWF).
Marin, Nehwal dan Sindhu menyebut jumlah kompetisi yang diadakan dalam satu tahun kalender kompetisi berkontribusi pada masalah cedera yang diderita para pemain.
Hal itu terjadi setelah BWF menerapkan aturan yang mewajibkan 15 pemain putra dan putri top bersaing dengan minimal 12 turnamen dalam setahun.
Para bintang tersebut menyebut BWF seharusnya meniru konsep kompetisi tenis dengan model kompetisi Grand Slam. Mereka mempertanyakan frekuensi pertandingan BWF dan menyarankan agar menggelar "empat atau lima event Grand Slam" setiap tahun.
"Jika Anda ingin menjadi profesional, mereka tidak dapat melakukan ini kepada para pemain. Saat ini mereka memaksa pemain untuk memainkan begitu banyak turnamen dan kami cedera," kata Marin, juara dunia 2018 kepada Times of India.
Sindhu, yang memenangkan Final Tur Dunia BWF awal bulan ini, mengklaim pengurangan jumlah turnamen akan membantu para pemain menghindari cedera dan juga meningkatkan standar pertandingan.
"Pada tingkat ini, kita pasti tidak bisa memberikan yang terbaik atau berada di level tertinggi sepanjang waktu. Saya mengatakan kita harus memiliki jumlah batas turnamen dan mempersiapkan dengan baik," kata Sindhu. (baw)
Baca: Ujian Berat Skuat Indonesia di Malaysia Masters 2019