Skandal Olahraga, 'Neraka' dalam 15 Ronde Merenggut 3 Nyawa
- Sportcasting
VIVA – Sebuah pertarungan tinju telah menggemparkan dunia pada 13 November 1982. Laga itu mempertaruhkan gelar juara kelas ringan WBA, antara sang juara bertahan Ray Mancini melawan petinju Korea Selatan, Duk Koo Kim.
Duk Koo Kim melangkah ke ring di Caesars Palace, Las Vegas dengan sebagian besar tidak dikenal oleh komunitas tinju Amerika.Â
Kim pada saat ini merupakan peringkat penantang No. 1 dengan memenangkan gelar ringan Federasi Tinju Timur dan Pasifik pada bulan Februari 1982 dan telah berhasil mempertahankannya tiga kali.
Namun, pertarungan kontra Ray Mancini hanyalah kali kedua dia bertarung di luar Korea Selatan dan pertama kali di Amerika Utara.
Dia memasuki pertarungan dengan rekor 17-1-1 yang mencakup delapan kemenangan KO. Sebelum pertarungan, Kim berjuang untuk menurunkan berat badan demi memenuhi batas 135 pound.Â
Meskipun tidak diunggulkan, Kim penuh percaya diri. Dia sempat mengatakan kepada seorang reporter, "Entah dia mati, atau aku yang mati."Â
Selain itu, Sebelum meninggalkan kamar hotelnya di Las Vegas, Kim menulis pesan di kap lampu yang berbunyi, "hidup atau mati."
Dan akhirnya waktu itu tiba. Kedua petarung kidal tersebut memasuki ring, disaksikan 10.000 penggemar yang hadir langsung. Â
Sepanjang pertarungan para petinju saling bertukar pukulan demi pukulan. Pada ronde keenam, Gil Clancy, seorang analis tinju untuk CBS, menggambarkan aksi jual beli pukulan dan menyampaikan ketakutannya.
“Sesuatu akan terjadi dalam pertarungan ini. Entah satu orang akan rusak, atau memakau orang lain dengan sangat buruk," ucapnya, dilansir Sportcasting.
Kemudian pada laga di ronde ke-12, Ray Mancini melakukan pukulan uppercut ke dada Kim yang membuat lutut petinju asal Korsel itu menyentuh kanvas. Kim dengan cepat mendapatkan kembali pijakannya dan tidak ada knockdown yang dihitung.
Di ronde ke-13, Mancini mengganas. Statistik tinju mengungkapkan sang juara memberikan 44 pukulan berturut-turut, sedangkan Kim, hanya berusaha menghambat serangan dengan merangkul.
Saat bel ronde ke-14 berbunyi, Mancini langsung menyerang Kim, di mana dia berhasil melepaskan hook kiri yang tajam mengarah lurus ke tengah wajah Kim.Â
Kekuatan pukulan Mancini membuat Kim terlentang setelah tersandar ke tali. Kim terdiam selama beberapa detik sebelum berguling dan berlutut.
Penglihatannya terganggu, dia berjuang untuk memegang tali. Begitu Kim mencengkeramnya, dia berdiri di tengah ring dan mulai tersandung ke belakang.Â
Wasit Richard Green sigap dengan kondisi ketidakstabilan kim, melambaikan kedua tangan di atas kepalanya, dan menyatakan pertarungan berakhir.
Mengerikan, Hanya beberapa menit setelah pertarungan berakhir, Kim mengalami koma dan dibawa dengan tandu dari Caesar's Palace ke Rumah Sakit Desert Springs.Â
Dokter menemukan hematoma subdural dan melakukan operasi otak darurat. Itu tidak cukup. Kim meninggal empat hari kemudian.
Kisah menyedihkan itu belum berakhir, Ibu Kim yang terpukul karena putranya telah meninggal, mengalami depresi dan bunuh diri tiga bulan kemudian dengan meminum sebotol pestisida.
Tak sampai di situ, Wasit Richard Green meninggal juga karena bunuh diri pada 1 Juli 1983. Sementara Mancini menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Kim dan mengalami depresi.
Promotor tinju Bob Arum mengatakan Mancini berubah setelah pertarungan mengerikan itu. Mancini sempat mempertahankan gelarnya beberapa kali, sebelum kalah pada tahun 1984. Dia bertarung secara sporadis dan pensiun pada tahun 1992.
Setelah duel Mancini melawan Kim yang menelan korban, WBC mengambil langkah-langkah untuk mempersingkat pertarungan perebutan gelar juara menjadi maksimal 12 ronde. WBA dan WBO mengikuti pada tahun 1988. Disusul IBF pada tahun 1989.
Mau tahu skandal yang menyeret para atlet dan menghebohkan dunia lainnya? Skandal Olahraga akan hadir setiap harinya. Simak terus di VIVA.co.id.