Miris, Curhat Pelatih Dipecat Usai Jaga Nyawa Deontay Wilder
- telegraph.co.uk
VIVA – Mark Breland tak menyangka keputusannya melempar handuk saat Deontay Wilder dihabisi Tyson Fury berakibat fatal.
Wilder mengalami kekalahan pertama dalam kariernya saat dihabisi Tyson Fury dalam laga mempertahankan gelar kelas berat versi WBC, Februari 2020.
Pada duel yang berlangsung di Las Vegas, Amerika Serikat itu, Fury tampil dominan dan mampu dua kali menjatuhkan Wilder.
Pelipis dan telinga Wilder bahkan mengeluarkan darah, hingga akhirnya dia kalah KO pada ronde ketujuh.
Wilder telah mengeluarkan berbagai alasan untuk menjelaskan mengapa ia kalah dari Fury, termasuk kostum mewahnya seberat 18kg yang menguras energinya.
Kekalahan itu juga membuat Wilder murka pada Breland. Dia kecewa berat lantaran pelatihnya itu melemparkan handuk sebagai tanda menyerah.
Padahal, Wilder merasa masih sanggup menghadapi keganasan Fury untuk mempertahankan gelarnya.
Kekesalan petinju berjuluk Bronze Bomber itu berbuntut panjang. Ia langsung memecat Breland karena keputusan itu merugikannya.
Breland mengungkapkan, dia punya alasan kuat untuk melempar handuk. Menurutnya, kondisi Wilder saat itu sudah sangat mengkhawatirkan.
"Pada pertarungan itu, sama seperti banyak lainnya, kami tidak memiliki cutman karena Deontay tidak membutuhkannya," kata Breland kepada World Boxing News.
"Jadi, saya bukan dokter, tapi saya tahu darah yang keluar dari telinga Anda dan mata linglung itu bisa menjadi masalah otak," sambungnya.
Breland menilai keputusannya sudah tepat. Dia juga menilai Wilder sudah tak sanggup lagi untuk memberikan perlawanan.
Dia takut situasi yang lebih mengerikan lagi terjadi pada petinju yang terkenal nyentrik itu.
"Kekuatan datang dari kakimu, dan kakinya sudah hilang, jadi aku memutuskan menghentikan pertarungan dan aku akan melakukan itu lagi," ucapnya.
"Aku punya anak seusia Deontay, aku tidak ingin melihatnya keluar dari perlindungannya," jelasnya.