Dekat dengan Trump, Presiden UFC Masa Bodoh Joe Biden Menang

Presiden UFC, Dana White
Sumber :
  • MMA Fighting

VIVA – Belum bisa dipastikan siapa yang bakal menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) periode 2021-2025 sekalipun pada saat ini calon presiden Joe Biden memimpin secara popular vote maupun electoral vote yakni suara elektoral. Sementara itu, Donald Trump juga diprediksi masih memiliki peluang khususnya di negara-negara bagian kunci.

Presiden Joe Biden 'Menghilang' saat Sesi Foto Bersama KTT G20 di Brasil

Namun diakui sebagaimana dilansir BBC, periode penghitungan kali ini memang memakan waktu yang cukup lama khususnya di negara-negara bagian tertentu. Tak dipungkiri keberadaan pemilu kala pandemi COVID-19 bisa menjadi faktor karena mekanisme dan cara penghitungan harus dengan kebiasaan berdasarkan protokol kesehatan.

Dari dunia olahraga bela diri campuran atau Mixed Martial Arts (MMA), Presiden Ultimate Fighting Championship (UFC), Dana White buka suara soal pilpres AS ini. Hal ini berkenaan hubungannya dengan petahana Donald Trump cukup dekat selama ini.

Rusia: Penggunaan Rudal Jarak Jauh AS oleh Ukraina Picu "Gelombang Ketegangan Baru"

Diketahui, White berbicara soal Trump di Konvensi Nasional Partai Republik pada 2016 dan 2020, Trump juga pernah menghadiri UFC 244 di New York. White dan beberapa pemangku kepentingan UFC adalah bagian dari kampanye Trump yang dihentikan saat dia mencari dukungan kembali.

Namun, hingga saat ini belum ada gambaran yang pasti siapa pemenangnya. Penantang Trump dari Demokrat dan mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden memimpin 

2 Bulan Jelang Lengser, Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS Gempur Rusia

Meski dengan kondisi saat ini, White tak mau terpancing dengan respons berlebih. Ia tak khawatir nasib UFC kedepan jika memang Trump kalah di Pilpres tersebut.

"Saya pikir Biden bahkan tidak tahu siapa saya. Saya tidak berpikir Biden tahu siapa dia sesungguhnya," ujar Dana White dikutip dari MMA Junkie, Jumat 6 November 2020.

Sementara itu, lamanya waktu penghitungan Pemilu AS tak lain karena masing-masing negara bagian memiliki cara dan tenggat yang berbeda dalam menyelesaikannya. Jenis suara coblos yang dihitung juga berbeda-beda, sebagai contoh jumlah banyaknya suara lewat pos yang juga tak sama di setiap negara bagian.

Gambaran negara bagian yang masih menjadi peluang battle ground bagi dua pasangan capres AS antara lain Arizona yang memiliki 11 suara elektoral alias elektor. Biden dilaporkan sedikit lagi akan memenangi wilayah ini dengan kontribusi paling besar dari Maricopa County.

Nevada dengan enam elektor. Di Nevada, Biden juga dilaporkan memimpin tipis walau belum seluruhnya surat suara lewat pos dihitung.

Georgia dengan 16 elektor. Di Georgia, Trump dilaporkan memimpin walau marginnya tak besar dengan Joe Biden.

Pennsylvania dengan 20 elektor. Di negara bagian ini, Trump memimpin walau juga dengan margin yang tipis.

Wisconsin dengan 10 elektor dan Michigan 16 elektor. Kebanyakan media AS memproyeksikan bahwa kantung ini akan segera jatuh ke tangan Biden melihat jumlah popular votes-nya yang cukup tinggi. Sekalipun penghitungan belum mendekati 100 persen.

Lantas bagaimana proyeksi kemenangan? Biden akan bisa mendapatkan 270 elektor sebagai syarat menang apabila setidaknya dia sudah fix mendapatkan tambahan Nevada, Arizona, Wisconsin, dan Michigan.

Sementara itu, Trump akan menang setelah mendapatkan Pennsylvania bila ditambah dengan Georgia, North Carolina, Nevada, dan Arizona.

Pemilu AS kali ini termasuk paling bersejarah lantaran diselenggarakan pada saat pandemi COVID-19 yang sudah makan banyak korban jiwa di AS. Selain itu, lebih dari 100 juta orang bahkan sudah memilih di pre-election dan mengirimkan suara mereka lewat pengiriman maupun pos.

Sebelumnya, Biden mengatakan semakin jelas bahwa dia kini makin cukup banyak punya peluang untuk segera memenangi electoral votes atau suara elektoral di Pemilu AS. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya