Kontroversi di Putaran Pertama Final Four Proliga 2017
VIVA.co.id – Final four Proliga 2017 putaran pertama usai digelar di Sritex Arena, Solo, Minggu 9 April 2017. Sebanyak delapan tim, masing-masing empat dari kategori putra dan putri bersaing ketat guna mendapatkan kemenangan.
Sepanjang tiga hari digelar, pertandingan menyajikan tontontan seru, terutama di kategori putra. Jakarta Pertamina Energi keluar sebagai pemuncak klasemen, karena sukses menyapu bersih tiga pertandingan dengan kemenangan.
Berada di posisi kedua ada Palembang Bank Sumsel dengan torehan dua kemenangan. Menyusul kemudian Bhayangkara Surabaya Samator dan Jakarta BNI Taplus.
Untuk kategori putri, Jakarta PLN Elektrik masih mendominasi. Aprilia Manganang dan kawan-kawan menang tiga kali beruntun. Di posisi kedua ada tim putri Pertamina Energi, disusul Jakarta PGN Popsivo Polwan dan Gresik Petrokimia.
Namun sayang, di tengah sajian tontonan menarik bagi penonton muncul berbagai kontroversi. Pelatih-pelatih tim peserta tidak sedikit yang mengeluhkan kekurangan yang ada sepanjang final four digelar.
Pelatih Bank Sumsel Babel, Samsul Jais menyoroti kesigapan panitia pelaksana pertandingan yang kehilangan kontrol atas keamanan lapangan. Pada hari pertama, para pemain dibuat kesulitan karena lapangan licin.
Tak tanggung-tanggung, Samsul menuding ada aktor di balik semua itu. Dia merasa pihak-pihak tertentu ingin mencari keuntungan sendiri, padahal jika dilihat lebih jauh, justru akan membahayakan pemain karena rentan cedera.
"Ini lapangan licin pasti ada pelakunya. Ini banyak pemain nasional sebentar lagi SEA Games. Kalau ada apa-apa kan merugikan negara," ungkap Samsul.
Beruntung, pada hari kedua panitia pelaksana bisa memperbaiki kinerja mereka. Kendala lapangan licin sudah bisa teratasi, namun tetap pelaku yang dicurigai menyiramkan minyak atau menaburkan garam tidak bisa terungkap.
"Seharusnya pelaku sadar, kalau dia justru merusak fasilitas. Bahan pelapis lapangan itu kan menyerap, kalau minyak dan garam terserap justru akan merusak," tegas pelatih Pertamina Energi, Putut Marhaento.
PB PBVSI Kena Kritik
Berbeda dengan seri-seri sebelumnya, di mana tim tuan rumah yang menjadi panitia pelaksana. Gelaran final four kali ini diambil alih langsung oleh Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB PBVSI) sebgai otoritas tertinggi.
Akan tetapi, kinerja mereka tidak lepas dari kritik. Penyebabnya tidak lain adalah penunjukkan lokasi pertandingan yang menurut beberapa pihak tidak representatif untuk ajang sekelas Proliga.
Putut menyoroti bagaimana kondisi suhu di dalam Sritex Arena yang sangat panas. Hal itu membuat kondisi fisik pemain cepat merosot, terlebih jadwal menuntut mereka untuk bermain selama tiga hari berturut-turut.
"Catatan juga untuk PB PBVSI dalam menentukan lokasi pertandingan. Kalau kemarin klub bertanggung jawab menyediakan lokasi yang representatif. Kalau di sini tidak sama sekali," ungkapnya.
"Hanya ada kipas angin tanpa pendingin udara. Pemain jadi kepanasan. Kami harus berganti baju dan sepatu tiap set. Belum lagi ruang ganti juga sulit," imbuh pria berkacamata tersebut.
Catatan ini menjadi alarm bagi PB PBVSI, karena putaran kedua final four akan dilangsungkan di GOR C'Tra Arena, Bandung akhir pekan ini. Kemudian babak final akan dihelat di GOR Amongrogo, Jogjakarta.
Mereka harus mampu menyulap lokasi menjadi layak untuk para pemain. Sebab, bagaiamana pun juga, kenyamanan bagi para pemain di tengah lapangan akan mendorong pula permainan berjalan dengan menarik.