Klinik Cedera, Penyambung Karier Atlet
- Royal Sports Medicine Center
VIVA.co.id - Kehadiran klinik khusus pemulihan cedera sudah menjadi kebutuhan bagi atlet. Karena klinik cedera ini benar-benar menjadi tangan yang tepat agar atlet bisa pulih dan melanjutkan karier kembali.
Bagi atlet profesional, risiko mengalami cedera sangat tinggi. Ketika para atlet mengalami cedera dan tidak bisa kembali beraktivitas, mereka tidak memiliki masa depan menjanjikan lagi.
Berawal dari keprihatinan melihat nasib para atlet tersebut maka lahirlah Royal Sports Medicine Centre (RSMC). Klinik di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini, merupakan klinik unggulan untuk memberikan solusi medis berkelanjutan demi mendukung dan meningkatkan penampilan atlet dan pelaku olahraga agar bisa kembali beraktivitas olahraga dan meningkatkan gaya hidup modern yang sehat dan berkualitas. Klinik ini merupakan salah satu bentuk nyata peran rumah sakit untuk mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya olahraga guna peningkatan kualitas hidup.
“Royal Sports Medicine Centre merupakan one stop solution bagi para atlet karena di dalamnya telah terintegrasi antara fisioterapi langsung di bawah pengawasan dokter spesialis orthopedi maupun kedokteran olahraga sehingga penanganan pasien menjadi lebih efektif,” kata dr Bobby N Nelwan, SpOT, salah satu tim dokter di RSMC, dalam keterangan persnya. Selain itu, adanya alat-alat gym di dalam klinik yang digunakan untuk menjaga performa dan menunjang kesembuhan dari atlet juga bisa dimanfaatkan oleh atlet maupun masyarakat umum.
Selama 2 tahun, RSMC telah membantu olahraga di Indonesia pada umumnya. Sudah cukup banyak atlet yang dirawat dan dikembalikan ke lapangan sehingga bisa kembali mengukir prestasi.
Salah satu pemain yang sudah kembali ke lapangan usai cederanya dirawat di RSMC yakni Antoni Putro Nugroho. Cedera didapat Antoni usai bertabrakan dengan kiper Arema Cronus di QNB League 2015. Saat itu, ia masih berkostum Barito Putera, tapi kini dia malah masuk tim Arema. Bukan hanya sudah bisa merumput kembali, Antoni juga sudah bisa mencetak gol bersama Arema.
Selain Antoni, beberapa pesepakbola yang telah menjalani perawatan di RSMC yakni kapten tim nasional Indonesia Boaz Solossa, Lukas Mandowen, Imanuel Wanggai, Bio Pauline Pierre, M Nasuha, Aliyudin, M Roby, Agus Indra, Abdul Rahman Lestaluhu dan Greg Nwokolo.
Juga beberapa atlet basket di antaranya Vavories Palopo, Chistian Ellis, Kadek Pratitta Citra Dewi, Julianto Gandhi, Sarce Nensi Buaim, Jeremy Christoper, Yulindawati, Ari Santo Nugroho, Ardian Ariandi, Haritsa Herlusdityo, Windi Hastari, Belly Sutanto Solihin, dan Rudy Suharlie, serta pebulutangkis Bellaetrix Manuputty.
Bella (28 tahun) menyebut pemulihan harus dilakukan secara optimal sehingga rencana pengembalian performa fisik dan mental bertanding segera dicapai. Bella mengaku tidak ada kendala psikologis usai operasi lutut kirinya itu.
"Kuncinya (biar segera pulih), mengikuti saran dokter saja. Semua ini perlu proses dan saya yakin bisa bermain lagi," tegas peraih medali emas tunggal putri SEA Games Myanmar 2013 ini.
One Stop Solution RSMC
Terdapat tiga jenis pelayanan yang dapat dilakukan di RSMC yakni menangani cedera akibat olahraga, meningkatkan performa atlet dan pelaku gaya hidup sehat.
"Royal Sport Medicine ini merupakan solusi medis terbaik dan berkelanjutan untuk mendukung dan meningkatkan performa atlet dan pelaku olahraga agar bisa kembali ke aktivitasnya dan meningkatkan gaya hidup sehat," tutur dr IGM Febry Siswanto, salah satu tim dokter di RSMC, beberapa waktu lalu.
"Pelayanan untuk cedera akibat olahraga, misalnya bedah arthroskopi (pergantian atau rekonstruksi bahu, panggul, lutut dan kaki), nyeri sendi, cedera, kekakuan, robekan, peradangan, pergeseran akibat olahraga dan pelayanan fisioterapi," tambah dr Febry.
Selain itu, untuk mendorong performa atlet, RSMC juga dilengkapi dengan fitness test, tes komposisi tubuh, manajemen nyeri, pencegahan cedera, konsultasi gizi, sport massage, fisioterapi dan atlet spa. Pelayanan juga ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti gym dan personal trainer, USG musculoskeletal, dynamometer, stemcell injection dan Platelet Rich Plasma (PRP), radiologi, laboratorium, farmasi dan kelas rawat inap.
Dilanjutkan dr Febry, cedera yang kerap dialami para atlet adalah cedera ligamen sendi lutut (ACL). Dia menambahkan, pihaknya sempat mengadakan arthroscopy live surgery, berupa pendidikan dan pelatihan operasi arthroscopy, khususnya tentang cedera ACL. Hal itu berupa rekonstruksi ACL dengan menggunakan berbagai sistem yang ada untuk para dokter, terutama spesialis orthopedi dari seluruh Indonesia.
Dengan demikian, semakin banyak dokter yang bisa dan mahir menangani cedera olahraga. Pembedahan arthroscopy merupakan pembedahan minimal invasif yaitu pembedahan yang dilakukan hanya dengan sayatan kecil pada sendi untuk memasukkan kamera dan alat operasi. Operasi arthroscopy dapat dilakukan pada sendi lutut, sendi panggul, sendi pergelangan kaki, sendi bahu, sendi siku, ataupun pada sendi pergelangan tangan.
Arthroscopy memiliki kelebihan, di antaranya luka operasi kecil sekitar 2-10 mm sehingga rasa sakit akibat pembedahan jauh berkurang. Luka akibat pembedahan akan lebih mudah tersamar, risiko infeksi lebih kecil dan pemulihan lebih cepat. Selain melakukan operasi ACL secara langsung, tim dokter juga menjelaskan cara penanganan dan latihan usai operasi, karena setelah menjalani operasi, pasien masih harus melewati masa penyembuhan yang memakan waktu antara 6-8 bulan untuk bisa kembali ke aktivitas olahraga.
Selama masa penyembuhan, sang atlet hanya bisa berkonsentrasi untuk memperkuat jaringan ACL yang masih belum terikat sempurna di tempat yang semestinya. Atlet harus menjalani terapi hingga ACL sudah berada dalam posisi sempurna untuk bertugas menahan gerakan lutut sebagaimana mestinya.
Dengan adanya pusat medis untuk atlet ini, diharapkan mampu mengatasi permasalahan para atlet Indonesia yang memiliki kemampuan sebanding dengan atlet luar negeri. "Kami berupaya, para atlet cedera dapat kembali ke performa awal agar dapat membawa nama Indonesia di kancah internasional," tutur dr Febry.