Suka Duka Pendamping Atlet Difabel di Peparnas 2016
- VIVA.co.id/Suparman (18-10-16)
VIVA.co.id – Sebanyak 1.983 atlet berkebutuhan khusus se-Indonesia berkumpul di Kota Bandung, Jawa Barat dalam ajang bergengsi Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XV 2016. Para atlet itu didampingi LO atau pendamping untuk memudahkan langkah gerak mereka saat makan, baik sebelum dan sudah pertandingan. Hotel Ibis menjadi salah satu yang menjadi tempat menginap para atlet. Setiap atlet tampak didampingi oleh LO.
Salah satu LO atlet Peparnas untuk Kontingen Sumatra Barat, Nurul Atikah menjelaskan, dia bertanggungjawab menjadi guide delapan atlet dengan berbeda keterbatasan. Mahasiswi jurusan Pendidikan Khusus asal Sukabumi ini, bertugas mendampingi atlet sebelum keberangkatan.
"Tanggung jawab saya di sini, nanti pas di bus menuju venue pertandingan ada LO-nya. Di tempat pertandingannya juga ada LO," ujar Nurul saat disambangi di Hotel IBIS jalan Gatot Subroto Kota Bandung Jawa Barat, Selasa 18 Oktober 2016.
Dari pertama mendampingi, banyak tantangan yang harus dilewati Nurul. Yaitu, keterbatasan komunikasi dengan para atlet yang mengharuskan menggunakan isyarat. "Ini sih pengalaman pertama, yah kalau ditanya suka dukanya apa, banyak sukanya," ujarnya.
Nurul mengatakan, meski diharuskan mendampingi para atlet secara full, belum ada permintaan para atlet yang ingin merasakan wisata di Bandung seperti menikmati kuliner dan aneka wisata lainnya. "Mereka belum nanya soal jalan-jalan atau liburan soal Bandung ya. Sekarang mereka lebih fokus ke pertandingan dulu, misalnya kebutuhan yang harus dipersiapkan sebelum pertandingan," katanya.
Bahkan menurutnya, atlet yang didampinginya bisa memberikan pelajaran. Meski difasilitasi LO, mereka mandiri bahkan menjadi leader antar sesama atlet. "Ya banyak hikmahnya, mereka mandiri bahkan ada yang bisa mengatur atlet yang bisa mengontrol temannya, kalau mau ini itu, baik dalam latihan maupun saat mau makan," terangnya.
Selain Nurul, LO lainnya yaitu Asiyah Rahmi (19) mengutarakan bahwa, tugas pendampingan yang dijalaninya menjadi momen bahwa harus lebih bersyukur. "Misalkan saat berkomunikasi dengan tuna rungu, ketika mau nawarin makan memang agak sulit karena harus pake isyarat, tapi saya akali dengan gaya bicara bibir dan gerakan tangan yang lambat agar bisa mereka pahami. Ini pertama ya, jadi banyak bersyukur," terangnya.
Asiyah yang bertanggungjawab menjadi LO lima atlet Peparnas Kontingan Jawa Barat ini mengaku, mendapat tantangan saat mendampingi atlet tuna rungu. "Khusus untuk atlet tunarungu jadi tantangan ya, tapi dengan cara halus, bisa lancar. Kalau yang lain misalnya yang nggak bisa lihat, kita sentuh tangannya sedikit dan berkomunikasi, langsung megang lengan saya," ujar Asiyah.
(ren)