Pengurus Olahraga Indonesia Mesti Contoh PBSI dan PABBSI

Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Ketua Komisi X DPR RI, Teuku Riefky Harsya mengapresiasi capaian 1 medali emas dan 2 medali perak kontingen Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Menurutnya, capaian ini tak lepas dari kerja keras semua pihak.

Lifter Sumut Tambi Sibarani Sabet Medali Emas Beruntun di Peparnas 2024

Torehan medali emas untuk Indonesia diraih oleh pasangan ganda campuran bulutangkis, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Bermain di Riocentro, Rabu 17 Agustus 2016, mereka sukses mengalahkan pasangan Malaysia, Chang Peng Son/Goh Liu Ying.

(Baca juga: Indonesia Raya Akhirnya Berkumandang di Olimpiade Rio 2016)

Pupuk Indonesia Dukung Angkat Besi Indonesia, Hasilnya Medali Emas Olimpiade

"Tontowi dan Liliyana telah mempersembahkan kado terindah kepada rakyat Indonesia yang sedang merayakan hari kemerdekaannya yang ke 71 tahun," kata Riefky.

"Komisi X mengucapkan syukur, selamat dan terima kasih kepada Tontowi dan Liliyana yang telah berhasil melanjutkan kembali torehan tinta emas bagi olahraga Indonesia sekaligus mengharumkan nama bangsa kita di mata dunia," imbuhnya.

Nurul Akmal Pertahankan Emas di PON 2024 Kelas +87 Kg

Sedangkan 2 medali perak disumbangkan oleh cabang olahraga angkat besi. Sri Wahyuni Agustiani menjadi yang pertama setelah turun di nomor 48 kg putri. Sedangkan medali kedua diraih Eko Yuli Irawan yang turun di nomor 62 kg putra.

(Baca juga: Ketum KOI: Angkat Besi Cabor Andalan Indonesia)

"Khusus kepada Eko Yuli dan Sri Wahyuni yang beberapa hari sebelumnya telah sukses merebut 2 medali perak, Salut atas perjuangannya menjaga tradisi medali angkat besi kita di Olimpiade," ujar Riefky.

Apa yang telah dikerjakan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan Persatuan Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) dinilai wajib dicontoh. Menurutnya, selama ini apalagi, dalam waktu dekat Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games Jakarta-Palembang 2018.

"Hal ini patut dicontoh oleh para Pengurus cabor lainnya terutama yang sering mempertontonkan konflik internal pengurus maupun permasalahan akuntabilitas yang kemudian menjadi penyebab terhambatnya kualitas dan kontinuitas pembinaan atlet," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya