Cara Indonesia Tes Doping di PON dan Asian Games
- VIVA.co.id/Satria Permana
VIVA.co.id - Indonesia akan menggelar dua hajatan olahraga besar pada 2016 dan 2018 mendatang. Pekan Olahraga Nasional dan Asian Games merupakan hajatan besar yang bakal diselenggarakan Indonesia pada masa tersebut.
Tentunya, berbagai macam persiapan harus dilakukan oleh Indonesia demi menyukseskan dua ajang multievent tersebut. Dan salah satunya adalah dengan menyediakan tim anti doping.
Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) telah memiliki sistem dalam proses pemeriksaan terhadap atlet. Nantinya, mereka akan bekerja sama dengan laboratorium dari luar negeri untuk terlibat dalam proses tes doping.
Kenapa tidak melakukan prosesnya di laboratorium dalam negeri?
"Tes doping tak mudah. Laboratorium yang boleh melakukan tes doping harus mendapatkan akreditasi dari WADA atau organisasi anti doping dunia. Biayanya pun tak murah," kata Direktur Riset dan Pengembangan LADI, Bayu Rahadian, di kantor Kemenpora, Kamis 14 April 2016.
"Maka dari itu, untuk perhelatan PON dan Asian Games, kami akan buat memorandum of understanding (MoU) dengan laboratorium di luar negeri. Saat ini, WADA sedang melakukan moratorium dalam penerbitan akreditasi laboratorium. Jadi, yak mungkin kami mendirikannya," lanjutnya.
Ada beberapa negara yang dekat dengan Indonesia memiliki laboratorium terakreditasi oleh WADA. India, Thailand, serta Australia, memilikinya.
"Nanti akan kami ajukan kepada PB PON dan INASGOC. Mereka yang pilih selaku panitia," ujar Bayu.
Selain bekerja sama dengan laboratorium luar negeri, pihak LADI juga bakal memberikan seminar dan pelatihan terhadap tenaga ahli anti doping. Mereka juga membuat program untuk memperkenalkan zat-zat doping terhadap para atlet di Indonesia.
Terkait sistem tes doping, dalam ajang PON nanti, LADI bakal mengambil sampel urine dari 800 atlet secara acak. Nantinya, sampel-sampel tersebut dikirimkan ke laboratorium yang sudah ditunjuk.
Proses yang sama juga akan diterapkan dalam ajang Asian Games. Bedanya, di Asian Games setiap tiga atlet dari setiap nomor cabang olahraga harus diperiksa urinnya.
"Kami fokus pada cabor yang mengandalkan eksplosivitas. Contohnya saja binaraga, angkat besi, atletik, dan lainnya," terang Bayu.