LIVE tvOne: Laga Bersejarah Manny Pacquiao
- tvOne
VIVA.co.id - LIVE WORLD BOXING tvOne, Minggu, 10 April 2016, pukul 08.00 WIB, akan mengajak para pencinta Sport One menjadi saksi sejarah dalam kancah tinju dunia, dengan menyaksikan pertandingan terakhir yang akan dilakoni oleh Manny Pacquiao
Pertandingan yang akan ditayangkan mulai pukul 08.00 WIB ini adalah partai penutup karier Pacquiao di kancah tinju professional. Menariknya, lawan yang akan dihadapi oleh petinju asal Filipina ini juga sangat spesial.
Dia adalah Timothy Ray ‘Tim’ Bradley yang juga dikenal sebagai salah satu musuh bebuyutan Pacquiao. Tak heran jika petinju berjuluk Pacman ini disebut mengenal sang lawan luar dalam, maklum saja sudah dua kali Ia dan Bradley berjibaku di atas ring tinju.
Hasil yang didapat dari dua duel sebelumnya juga menarik dan menunjukkan keduanya merupakan dua petinju terbaik di kelasnya dengan kekuatan sepadan. Pada pertemuan pertama 9 Juni 2012 silam, Manny Pacquaio harus rela kehilangan sabuk juara dunia WBO kelas Welter setelah kalah split decision dari Bradley.
Dua tahun kemudian Pacquaio sukses balas dendam. Jumpa kembali 12 April 2014 Pacman menang unanimous decision atas Bradley, dan kembali merebut gelar WBO kelas Welter yang sempat hilang dari genggaman. Dengan skor imbang 1 – 1 seperti ini, maka publik pun tak sabar menanti apa hasil yang akan mengakhiri trilogi Pacquiao VS Bradley akhir pekan nanti.
Laga terakhir bagi Pacquiao ini juga menjadi kesempatan terakhirnya merebut gelar juara dunia WBO Internasional kelas Welter yang saat ini kosong. Setelah kalah di pertandingan terakhirnya melawan Floyd Mayweather Jr yang memutuskan pensiun lebih dulu pada Mei tahun lalu, Pacman pun ingin mengakhiri kariernya sebagai petinju profesonal yang telah mengarungi 65 pertandingan sejak 1995 dengan happy ending.
Hal yang juga menyita perhatian para pencinta tinju dunia adalah konferensi pers yang mereka lakukan pada 7 April 2016 di MGM Grand Las Vegas Nevada. Karena sesi jumpa media itu tak mempertontonkan rivalitas seperti yang biasa terlihat saat kedua petinju yang akan saling berhadapan bertemu di depan wartawan. Tak ada perang kata-kata, tak ada saling menjatuhkan, tak ada sesumbar berlebihan soal target kemenangan.
Keduanya saling melontarkan pujian dan memberikan apresiasi satu sama lain. Bahkan kepada media Timothy
Bradley membuat pernyataan bahwa ia sangat benci mendengar tuduhan orang yang menyebut Pacman melakoni laga ini hanya untuk mendongkrak popularitasnya sebagai politikus Filipina, yang juga mencalonkan diri sebagai salah satu senator di negaranya.
Menurut Bradley, Pacman sudah tidak perlu lagi membuktikan kemampuannya pada rakyat Filipina. Apapun hasil dari pertandingan ini, termasuk jika Pacman kalah, hal itu tak kan memengaruhi apa yang telah dilakukannya untuk Negara tercinta.
Bradley pun yakin sosok dengan integritas dan pengabdian tinggi seperti Pacquiao adalah satu-satunya calon yang cocok untuk memimpin Filipina. Kebanjiran pujian dari calon lawan tak membuat Pacquiao lupa diri ataupun besar kepala. Sosok penuh inspirasi ini mengajak para penggemar tinju untuk membeli tiket dan juga tayangan tv pay-per-view untuk menyaksikan duel pamungkasnya. Ajakan ini bukanlah untuk menambah popularitas Pacquiao, tapi hasil dari penjualan tiket dan pay–per–view itu akan disumbangkan ke kaum yang membutuhkan.
Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya bagi Pacman untuk melakukan aksi sosial. Di laga-laga sebelumnya, Ia pun melakukan hal yang sama namun tak pernah mempublikasikannya. Satu-satunya alasan Pacquiao mengajak para penggemarnya terlibat adalah karena pertandingan ini adalah saat terakhirnya bisa berbuat sesuatu bagi kaum yang membutuhkan lewat tinju.
Selain melihat dua petinju ini, keberadaan dan peran sang pelatih kawakan yang berada di belakang Pacquiao dan Bradley, yaitu Freddy Roach dan Teddy Atlas juga menuai kisah tersendiri. Sudah lama keduanya terlibat kontroversi dan disebut saling tak menyukai satu sama lain. Maka jika kedua pelatih ini saling mengklaim sebagai pelatih terbaik, maka duel terakhir Pacquiao juga menjadi ajang pembuktian antara Roach dan Atlas siapakah di antara keduanya yang layak disebut sebagai pelatih terbaik.